Nationalgeographic.co.id—Studi baru ahli paleontologi menemukan bahwa runtuhnya lapisan ozon berkontribusi pada kepunahan massal akhir Permian. Penelitian tersebut dipimpin ilmuwan Nanjing Institute of Geology and Palaeontology bersama rekan peneliti University of Nottingham.
Temuan tersebut telah diterbitkan di jurnal Science Advances. Jurnal akses terbuka tersebut dipublikasikan dengan judul "Dying in the Sun: Direct evidence for elevated UV-B radiation at the end-Permian mass extinction" yang bisa didapatkan secara daring.
Pada penelitian tersebut, ahli paleontologi menganalisis kelimpahan bahan kimia seperti tabir surya di 800 butir serbuk sari fosil dari batuan berusia 250 juta tahun di Tibet.
"Tumbuhan darat dapat menyesuaikan konsentrasi senyawa penyerap ultraviolet B (UV-B) pelindung (UAC) di dinding luar propagul reproduksinya sebagai respons terhadap fluks UV-B sekitar," tulis peneliti.
"Untuk menyimpulkan perubahan fluks radiasi UV-B di permukaan bumi selama kepunahan massal Permian akhir, kami menganalisis kelimpahan UAC 800 butir serbuk sari dari bagian perbatasan Permian-Trias yang diberi tanggal secara independen di Tibet."
Untuk diketahui, kepunahan massal akhir Permian atau Permian-Trias adalah peristiwa kepunahan massal terbesar dalam sejarah Bumi.
Peristiwa kepunahan Permian-Trias, umumnya dikenal sebagai Great Dying atau Great Permian Extinction. Peristiwa itu terjadi sekitar 252 juta tahun yang lalu, yang membentuk batas antara periode geologi Permian dan Trias, serta era Paleozoikum dan Mesozoikum.
Peristiwa kepunahan ini disebut sebagai kepunahan terbesar yang pernah menghantam Bumi dan memusnahkan sekitar 96 persen dari semua spesies planet dan memusnahkan reptil, serangga, dan amfibi yang hidup di daratan.
Kepunahan massal akhir Permian membunuh hampir 96 persen dari semua spesies laut dan 70 persen spesies vertebrata darat di planet ini selama ribuan tahun.
Hilangnya keanekaragaman hayati yang sangat besar ini merupakan tanggapan terhadap keadaan darurat paleoklimat yang dipicu oleh penempatan letusan gunung berapi skala benua yang menutupi sebagian besar wilayah Siberia modern.
Aktivitas gunung berapi mendorong pelepasan sejumlah besar karbon yang telah terkunci di bagian dalam bumi ke atmosfer, menghasilkan pemanasan rumah kaca skala besar.