Sebab Tradisi Mengikat Kaki Bertahan di Tiongkok selama Satu Milenium

By Sysilia Tanhati, Kamis, 12 Januari 2023 | 10:00 WIB
Praktik pengikatan kaki di Tiongkok dimulai sejak abad ke-10. Wanita menjalani proses menyakitkan agar mendapatkan kaki berukuran 10 sentimeter. Berlangsung hingga tahun 1949, mengapa praktik menyakitkan ini bisa bertahan selama satu milenium? (For. Arfo)

Nationalgeographic.co.id—Praktik pengikatan kaki diperkirakan telah dilakukan di Tiongkok sejak abad ke-10 dan berlangsung hingga 1949. Beberapa bukti awal praktik tersebut berasal dari makam Lady Huang Sheng. Istri seorang anggota klan kekaisaran ini meninggal pada tahun 1243. Para arkeolog menemukan kaki kecil cacat yang dibungkus dengan kain kasa dan mengenakan "sepatu teratai" yang berbentuk khusus. Untuk mendapatkan bentuk kaki seperti itu, seorang wanita harus menjalani proses menyakitkan. Di masa itu, kaki teratai menjadi simbol kecantikan wanita Tiongkok. Meski menyakitkan dan tampak kejam, mengapa tradisi mengikat kaki bisa bertahan selama seribu tahun?

Praktik pengikatan kaki wanita dilakukan sejak kecil

Pengikatan kaki, praktik budaya, yang ada di Tiongkok dari abad ke-10 hingga berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949. Praktik ini melibatkan pembalutan ketat pada kaki wanita untuk mengubah bentuknya demi tujuan estetika.

Pengikatan kaki biasanya dimulai saat anak perempuan berusia antara 4 dan 6 tahun. "Beberapa masih berusia 3 tahun dan beberapa berusia 12 tahun," ungkap Tiffany Marie Smith di laman Britannica.

Ibu, nenek, atau kerabat wanita yang lebih tua pertama-tama mengikat kaki gadis kecil. Tujuan utamanya adalah untuk membuatnya sepanjang 8 sentimeter. Itu adalah ukuran kaki "teratai emas" yang ideal, meskipun hanya sedikit orang yang benar-benar mencapai ukuran tersebut.

Penari istana di abad ke-10 dipercaya menjadi pelopor praktik pengikatan kaki

Mengikat kaki konon terinspirasi oleh penari istana abad kesepuluh bernama Yao Niang yang mengikat kakinya menjadi bentuk bulan baru.

Si penari menari di atas jari kakinya di dalam teratai emas yang dihiasi pita dan batu mulia. Tentu saja, dengan segera ia memikat sang kaisar.

Selain mengubah bentuk kaki, praktik ini menghasilkan cara berjalan tertentu yang mengandalkan otot paha dan bokong sebagai penopang. "Sejak awal, pengikatan kaki dijiwai dengan nuansa erotis," tulis Amanda Foreman di laman Smithsonian Magazine.

Lambat laun, dayang-dayang lainnya—dengan uang, waktu, dan kekosongan yang harus diisi—mengikat kaki. Ini pun menjadi simbol status di kalangan elite.

Sebuah kaki kecil di Tiongkok, tidak berbeda dengan pinggang kecil di Victoria Inggris, menjadi simbol nilai seorang wanita.

Untuk keluarga dengan anak perempuan yang sudah menikah, ukuran kaki diterjemahkan ke dalam bentuk mata uangnya sendiri. Pengantin yang paling diinginkan memiliki kaki 8 sentimeter, yang dikenal sebagai "teratai emas".