Peran Penting Kuda-Kuda Milik Aleksander Agung hingga Kaisar Hadrian

By Sysilia Tanhati, Kamis, 12 Januari 2023 | 16:00 WIB
Kuda-kuda milik Alesander Agung hingga Kaisar Hadrian memegang peran penting. Secara tidak langsung, kuda-kuda itu turut membentuk dunia kuno. (Adolphe Yvon)

Nationalgeographic.co.id—Kisah kuda-kuda terkenal dari dunia kuno sama menarik dengan penunggangnya. Aleksander Agung, Julius Caesar, Caligula, dan Hadrian memahami pentingnya kuda yang berkualitas. Bagaimanapun, kuda adalah hewan yang sangat diperlukan di dunia kuno, memainkan peran penting dalam perang dan perdamaian.

Dihargai karena kecepatan, keanggunan, dan semangatnya, kuda terikat erat dengan identitas dan prestise pemiliknya. Pencapaian orang-orang terkenal tidak mungkin terjadi tanpa tunggangan yang sama terkenalnya.

Di masa perang, tunggangan yang luar biasa membawa para jenderal ke medan perang, membantu meraih kemenangan.

Selama masa damai, kuda-kuda yang gesit dan cantik berpacu di arena-arena besar, memperkuat prestise pemiliknya.

Kuda bahkan dapat digunakan untuk keuntungan politik atau untuk mengkritik perilaku penguasa. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika beberapa kuda lebih tenar daripada rakyat biasa.

Incitatus, kuda kesayangan Kaisar Romawi Caligula

Kuda favorit Kaisar Caligula — Incitatus — menjadi bagian dari kisah paling menarik dan bertahan lama tentang penguasa yang kontroversial itu. Menurut Suetonius (sumber dari sebagian besar gosip tentang kebobrokan dan kebrutalan Caligula), sang kaisar muda sangat menyayangi Incitus sehingga kuda itu dibuatkan kandang mewah. Kandangnya dilengkapi dengan marmer dan palungan gading.

Sejarawan lain, Cassius Dio, menulis bahwa para pelayan memberi makan gandum hewan yang dicampur dengan serpihan emas.

Tindakan Caligula mungkin tampak berlebihan. Tapi, seperti kebanyakan laporan negatif tentang Caligula, itu mungkin hanya rumor belaka.

Seperti bangsawan muda Romawi lainnya, kaisar menyukai kuda dan merupakan penggemar berat balapan kereta di Circus Maximus. Sebagai seorang kaisar, Caligula bisa memberikan perawatan terbaik bagi kudanya.

Kisah paling terkenal tentang kuda ini tidak diragukan lagi adalah kisah di mana Caligula menjadikan Incitatus sebagai senator.

Baik Suetonius maupun Dio menyebutkan niat kaisar untuk menjadikan kuda kesayangannya sebagai konsul. Konsul adalah pejabat terpilih paling senior, jika memang benar, tindakan itu sangat menyinggung pejabat Romawi.

Namun, tidak ada bukti bahwa Caligula menjadikan Incitatus sebagai konsul. Tidak ada bukti dia bahkan berencana untuk melakukannya.

"Sebaliknya, cerita itu mungkin adalah sebuah lelucon yang dimaksudkan untuk mengejek dan menghina para senator," tulis Vedran Bileta di laman The Collector. Pasalnya, mereka mengusulkan kandidat yang kurang layak dihormati daripada kuda kesayangan Caligula.

Kisah Incitatus mungkin dibuat secara berlebihan oleh mereka yang berusaha menodai nama Caligula dan menampilkannya sebagai orang gila.

Bucephalus, kuda setia Aleksander Agung sang penakluk

"Bisa dibilang kuda paling terkenal dari dunia kuno adalah Boukephalas atau Bucephalus," ujar Bileta. Itu adalah kuda kesayangan Aleksander Agung.

Bucephalus kerap digambarkan sebagai binatang buas dari seekor kuda dengan kepala besar (boukephalas berarti kepala sapi). Kuda jantan Thessalia yang luar biasa itu membawa Aleksander dalam semua pertempuran utamanya.

Dengan demikian, nasib Bucephalus terkait erat dengan tuannya, penakluk zaman kuno terbesar. Nyatanya, Bucephalus pada dasarnya bagai saudara kembar Aleksander Agung.

Alexander mengendalikan Bucephalus yang liar untuk menjadi kuda jinak yang menemaninya sampai ke India. (Walter Crane/Wikimedia)

Menurut sejarawan abad pertama Plutarch, manusia dan kuda lahir pada hari yang sama, dan saat mereka bertemu mengubah alur sejarah.

Bagaimana Aleksander Agung bisa memiliki kuda hebat itu?

Upaya menenangkan hewan yang baru dibeli itu gagal. Raja Philip II dari Makedonia kemudian memerintahkan agar kuda muda itu dibawa pergi.

Namun, Aleksander, terpesona oleh kecantikan binatang itu. Ia pun turun tangan, bertaruh bahwa ia dapat menunggangi binatang buas itu. Putra raja itu menyadari bahwa sang kuda ketakutan oleh bayangannya sendiri. Dengan segera, Aleksander muda mampu menaklukkan Bucephalus.

Sejak saat itu, keduanya menjadi tidak terpisahkan. Ketika Aleksander memulai kampanye legendarisnya melawan Persia, dia memilih Bucephalus sebagai kuda perangnya.

Bucephalus menemani Aleksander melalui banyak pertempuran dan terkenal karena keberanian dan ketangguhannya.

Baik penunggang maupun kudanya menderita banyak luka tetapi berhasil mencapai akhir dunia yang diketahui. Jauh di India, perjalanan Bucephalus pun berakhir. Sekitar 326 Sebelum Masehi, setelah Pertempuran Hydaspes, Bucephalus tewas karena luka pertempuran atau mungkin karena usia tua. Saat itu, kuda setia Aleksander sudah berusia tiga puluh tahun.

Tentu saja, Aleksander Agung merasa sedih karena sahabat setia tidak dapat menemaninya lagi. Untuk menghormati kudanya, Aleksander membangun sebuah kota di tepi Sungai Hydaspes, menamainya Alexandria Bucephala.

Kuda Julius Caesar yang tidak biasa

Berbeda dengan Bucephalus, nama kuda kesayangan Julius Caesar telah hilang dari sejarah. Namun, kita tahu bahwa kuda Caesar memiliki kelainan bentuk yang luar biasa.

“Menurut Suetonius, alih-alih kuku, kuda kesayangan sang jenderal memiliki jari kaki yang hampir seperti manusia,” Bileta menambahkan.

Saat kelahirannya, augurs telah meramalkan bahwa siapa pun yang menunggang kuda itu akan menguasai dunia. Tidak mengherankan, kuda polidaktil itu ganas, tidak mengizinkan siapa pun untuk menungganginya—tidak seorang pun kecuali Julius Caesar.

"Dengan kuda kesayangannya, Julius Caesar menyeberangi Rubicon," kata Bileta. Ia memadamkan api perang saudara dan meninggalkan jejaknya dalam sejarah Romawi.

Seperti kebanyakan bangsawan Romawi, Caesar adalah penunggang kuda yang terampil. Namun, jenderal besar itu lebih dari sekadar penunggang. Julius Caesar memahami kekuatan visual seekor kuda. Setiap kali peluang kemenangan dalam pertempuran tampak genting, Caesar akan memasuki pertempuran. Dengan menunggang kudanya yang terkenal, ia memimpin dengan memberi contoh dan secara langsung menangani pasukannya. Itu dilakukan meningkatkan moral mereka.

Seperti Aleksander, Caesar memuja kuda polidaktilnya. Ketika kuda yang setia mati, Caesar menghormati rekannya dengan sebuah patung di depan Kuil Venus Genetrix.

Borysthenes sang Alan, kuda Kaisar Romawi Hadrian yang terkenal

Hadrian adalah salah satu penguasa Romawi yang paling terkenal, salah satu dari Lima Kaisar yang Baik.

Sebagian besar masa pemerintahannya dihabiskan dengan mengunjungi provinsi dan perbatasan wilayahnya yang luas. Tentu saja, Hadrian tidak akan bisa melakukan perjalanan sejauh itu tanpa kudanya yang setia. Seperti kuda terkenal lainnya, tunggangan kaisar memiliki nama yang menarik - Borysthenes Alanus atau Borysthenes sang Alan.

Borysthenes dibawa dari luar perbatasan Kekaisaran Romawi. Dinamai menurut dewa sungai Scythia, Borysthenes adalah hadiah dari Raja Rasparaganus dari Roxolani. Kuda itu diberikan sebagai imbalan atas konsesi yang diberikan kepadanya oleh kaisar.

Borysthenes adalah hadiah yang bagus. Cepat dan gesit, Borysthenes adalah kuda yang sangat baik untuk berburu. Itu adalah salah satu hobi favorit Hadrian. Namun nasib Borysthenes berakhir saat menemani kaisar melakukan hobinya itu.

Setelah Borysthenes tewas dalam insiden perburuan, Hadrian yang berduka mendirikan sebuah makam mewah untuk rekan favoritnya di Apta Iulia (dekat Nimes, Prancis). Prasasti, yang diukir di atas batu, mengabadikan Borysthenes sebagai salah satu kuda terbaik di zaman kuno.

Sebagai sahabat setia, kuda-kuda terkenal itu menemani sang tuan dalam berbagai pertempuran dan peristiwa penting. Karena kesetiaan mereka, pemiliknya pun menunjukkan cinta dengan cara yang luar biasa.