Nationalgeographic.co.id—Di balik elok dan megahnya kastil-kastil kerajaan, ataupun istana yang nyaman dengan kesan kaya raya, sejatinya menyimpan sekelumit permasalahan. Sejak abad pertengahan, krisis wabah epidemi menghantui hampir seluruh Eropa.
Sejarawan telah berpedoman bahwa tersebarnya epidemi di lingkungan kerajaan merupakan sebab lain dari kurang higienisnya pola hidup para bangsawan. Aristokrasi abad pertengahan melakukan sejumlah blunder sepanjang sejarah.
Salah satu blundernya adalah membiarkan istana mereka yang megah, dibiarkan begitu saja kotor, bak tidak terawat. Hadley Meares menulis dalam artikelnya kepada History berjudul The Secretly Disgusting History of Royal Palaces (2019), bahwa istana kerajaan yang elok, namun baunya tak sedap.
Lukisan abad pertengahan hanya menampilkan keeleganan para aristoktrat mengenakan pakaian bersulam indah di istana Versailes, milik Raja Louis XIV. Namun, mereka tak tahu di sebalik lukisan itu.
Sejarawan ungkap bahwa istana yang megah nan elok itu memiliki bau yang tak sedap. "Bau ratusan pakaian yang belum pernah dicuci, semuanya berada dalam satu ruangan tanpa ventilasi," imbuhnya.
Tidak hanya di Versailes, banyak istana-istana megah di Eropa yang di beberapa titiknya memiliki bau yang tak menyenangkan dan malah menjadi biang dari persebaran wabah yang mematikan di Eropa.
Tidak diragukan lagi, masalah kesehatan yang paling mendesak disebabkan oleh kelangkaan pilihan pembuangan limbah di era sebelum pipa ledeng saat ini yang dapat diandalkan. Hal ini menyebabkan kotoran dan urin ada di lorong-lorong istana, dibuang sembarangan!
Beberapa anggota istana tidak pernah repot-repot mencari pispot, tetapi hanya menjatuhkan celana mereka dan melakukan urusan mereka—buang air kecil maupun besar—di tangga, lorong, atau perapian.
Sebagaimana laporan yang diterima pada tahun 1675, di Istana Louvre, Prancis, hampir di setiap "tangga besar" dan "di belakang pintu, hampir di mana-mana orang akan melihat ada banyak kotoran manusia, sehingga tercium bau busuk yang menyengat.
Baca Juga: Megahnya Domus Aurea, Istana Emas Simbol Kejatuhan Kaisar Romawi Nero
Baca Juga: Istana Cucu Jenghis Khan yang Telah Lama Hilang Akhirnya Ditemukan
Baca Juga: Seperti Apa Istana dan Taman Eksotis Kaisar Romawi Caligula?
Baca Juga: Surat dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz kepada Istana Sriwijaya
Raja Henry VII mungkin sosok raja yang jauh lebih higienis dan paling cerewet dalam hal kebersihan. Untuk mencegah pelayan dan anggota istana buang hajat di dinding taman, Henry mengecatnya dengan tanda X besar, berwarna merah di tempat yang biasanya ditemukan kotoran manusia yang menjijikan.
Akan tetapi, alih-alih menghalangi orang-orang untuk buang air sembarangan di dalam istana, sejatinya tidaklah membuahkan hasil. itu hanya memberi mereka sesuatu untuk dibidik.
Seruan agar orang-orang tidak membuang piring kotor di lorong—atau di tempat tidur Raja—tampaknya diabaikan begitu saja.
Begitu Henry dan istananya pindah ke kediaman kerajaan berikutnya, pembersihan dan ventilasi istana dimulai. Limbah dari toilet raja yang tidak disiram, disimpan di ruang bawah tanah. Sejak itulah, istana-istana Eropa mulai menerapkan higienitas.