Tidak semua orang bisa datang ke tempat itu dengan mudah. Meskipun Gunung Athos adalah bagian dari Uni Eropa dan tunduk pada undang-undang Uni Eropa, tempat ini hanya terbuka bagi pria dengan izin khusus. Izin itu dikeluarkan oleh Biro Peziarah Gunung Athos dan sesuai dengan kuota yang ketat (100 Ortodoks dan 10 pengunjung non-Ortodoks per hari).
Larangan ketat bagi wanita untuk berada di Gunung Athos
Larangan masuk untuk wanita dikenal sebagai avaton. Wanita bahkan tidak diperbolehkan berada dalam jarak 500 meter dari garis pantai.
Baca Juga: Studi pada Biksu Tibet Ungkap Keuntungan dari Tradisi Hidup Selibat
Baca Juga: Biara Anglo-Saxon di Inggris, Bukti Kekuasaan Ratu Cynethryth
Baca Juga: Sang Pejalan Terakhir Larung Gar, Biara Teragung Buddha Tibet
Pengecualian ini tidak hanya ada di dunia manusia. Bahkan hewan peliharaan betina pun dilarang, seperti sapi dan ayam. Namun mereka membuat pengecualian untuk kucing, tentu saja untuk menangkap tikus. “Hewan liar juga dikecualikan dari aturan,” tulis Cecilia Bogaard di laman Ancient Origins.
Pengecualian akses masuk bagi segelintir wanita
Selama bertahun-tahun, segelintir wanita dengan terpaksa diberikan akses ke semenanjung. Akses diberikan mekipun hanya dalam keadaan yang paling luar biasa.
Yang paling terkenal, mungkin, adalah Permaisuri Jelena, istri kaisar Serbia abad ke-14 Stefan Dušan. Sang kaisar memberikan banyak sumbangan ke biara-biara Gunung Athos. Menurut legenda, Jelena diizinkan mengunjungi Athos tetapi dilarang melakukan kontak dengan tanah Athonite karena takut menyinggung pendeta. Maka, karpet ditempatkan di semua tempat ke mana ia melangkah.
Wanita lain menyelinap ke pantai suaka. Pada tahun 1953, sebuah surat kabar Yunani melaporkan bahwa seorang wanita berusia 22 tahun bernama Maria Poimenidou telah "melanggar" aturan Gunung Athos. Ia menyamar dengan mengenakan pakaian maskulin. Tujuannya untuk memenuhi hasratnya yang menyala-nyala untuk melihat secara langsung kehidupan seperti apa yang dijalani para biarawan. Meski hanya tinggal tiga hari, kejadian ini mendorong Yunani untuk mengesahkan undang-undang yang menetapkan hukuman penjara selama setahun bagi wanita yang melanggar aturan.
Meskipun Uni Eropa menyatakan bahwa larangan itu ilegal, tradisi tersebut tetap berlaku sampai hari ini, lapor Helena Smith untuk Guardian.