Nationalgeographic.co.id - Ritual dan tradisi keagamaan berakar kuat dalam budaya. Ini digunakan sebagai cara untuk mendefinisikan diri seseorang di dunia yang begitu beragam dan unik. Salah satu contoh ritual agama yang terkenal adalah larangan bagi wanita untuk menjejakkan kaki di Gunung Athos, Yunani. Larangan ini sudah dilakukan selama 1.000 tahun.
Wanita dilarang berada di Gunung Athos. Ini adalah tempat suci yang menampung komunitas besar biarawan Ortodoks Timur selama lebih dari 1.000 tahun. Sejauh yang dapat dikendalikan oleh penghuninya, bahkan hewan betina pun dilarang. Hanya burung jantan yang berkicau di kandang burung; hanya banteng yang berkeliaran di padang rumput semenanjung.
“Larangan itu adalah cara sederhana dan pasti untuk memastikan para biarawan membujang dan selibat,” tulis Katherine J. Wu di Smithsonian Magazine. Larangan itu juga menjaga kesucian semenanjung sebagai taman eksklusif Perawan Maria—satu-satunya wanita yang pernah menjejakkan kaki di sana, menurut tradisi Ortodoks.
Rumah bagi 20 biara
Lereng Gunung Athos (juga dikenal sebagai Gunung Suci) adalah rumah bagi 20 biara menakjubkan dan bangunan keagamaan kecil lainnya. Gunung Athos diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Ada lebih dari 2.000 biarawan dari berbagai belahan dunia yang tinggal di 20 biara yang tersebar di semenanjung.
Semua laki-laki yang ingin mengunjungi biara harus melalui proses pemeriksaan yang ketat. Para tamu ini diperbolehkan menginap selama tiga malam. Setiap minggu 100 pria ortodoks disambut untuk datang dan berziarah ke Gunung Athos. Setiap orang yang berkunjung harus memiliki catatan bersih jika tidak, tidak ada izin masuk.
Gunung Athos menjulang setinggi 2.033 meter. Menurut mitologi Yunani, gunung itu tercipta ketika Athos melemparkan batu besar ke Poseidon.
Para biarawan mulai menetap di Gunung Athos pada abad ke-5. Biara Lavra Agung adalah yang pertama didirikan pada tahun 963 Masehi. Biara pertama itu didirikan oleh biarawan Bizantium Athanasius the Athonite dengan dukungan kaisar Bizantium.
Legenda Gunung Athos
Gunung Athos dikenal sebagai Taman Perawan Maria. Orang Kristen Athonite mengeklaim bahwa Perawan Maria dan Yohanes Penginjil berakhir di tempat itu karena cuaca buruk. Maria Ibu Yesus itu tampaknya sangat jatuh cinta dengan keindahannya.
Ia meminta agar tempat tersebut diberikan kepadanya. Sebuah suara kemudian bergema; “Biarlah tempat ini menjadi warisanmu dan tamanmu. Surga dan surga keselamatan bagi mereka yang ingin diselamatkan.”
Tidak semua orang bisa datang ke tempat itu dengan mudah. Meskipun Gunung Athos adalah bagian dari Uni Eropa dan tunduk pada undang-undang Uni Eropa, tempat ini hanya terbuka bagi pria dengan izin khusus. Izin itu dikeluarkan oleh Biro Peziarah Gunung Athos dan sesuai dengan kuota yang ketat (100 Ortodoks dan 10 pengunjung non-Ortodoks per hari).
Larangan ketat bagi wanita untuk berada di Gunung Athos
Larangan masuk untuk wanita dikenal sebagai avaton. Wanita bahkan tidak diperbolehkan berada dalam jarak 500 meter dari garis pantai.
Baca Juga: Studi pada Biksu Tibet Ungkap Keuntungan dari Tradisi Hidup Selibat
Baca Juga: Biara Anglo-Saxon di Inggris, Bukti Kekuasaan Ratu Cynethryth
Baca Juga: Sang Pejalan Terakhir Larung Gar, Biara Teragung Buddha Tibet
Pengecualian ini tidak hanya ada di dunia manusia. Bahkan hewan peliharaan betina pun dilarang, seperti sapi dan ayam. Namun mereka membuat pengecualian untuk kucing, tentu saja untuk menangkap tikus. “Hewan liar juga dikecualikan dari aturan,” tulis Cecilia Bogaard di laman Ancient Origins.
Pengecualian akses masuk bagi segelintir wanita
Selama bertahun-tahun, segelintir wanita dengan terpaksa diberikan akses ke semenanjung. Akses diberikan mekipun hanya dalam keadaan yang paling luar biasa.
Yang paling terkenal, mungkin, adalah Permaisuri Jelena, istri kaisar Serbia abad ke-14 Stefan Dušan. Sang kaisar memberikan banyak sumbangan ke biara-biara Gunung Athos. Menurut legenda, Jelena diizinkan mengunjungi Athos tetapi dilarang melakukan kontak dengan tanah Athonite karena takut menyinggung pendeta. Maka, karpet ditempatkan di semua tempat ke mana ia melangkah.
Wanita lain menyelinap ke pantai suaka. Pada tahun 1953, sebuah surat kabar Yunani melaporkan bahwa seorang wanita berusia 22 tahun bernama Maria Poimenidou telah "melanggar" aturan Gunung Athos. Ia menyamar dengan mengenakan pakaian maskulin. Tujuannya untuk memenuhi hasratnya yang menyala-nyala untuk melihat secara langsung kehidupan seperti apa yang dijalani para biarawan. Meski hanya tinggal tiga hari, kejadian ini mendorong Yunani untuk mengesahkan undang-undang yang menetapkan hukuman penjara selama setahun bagi wanita yang melanggar aturan.
Meskipun Uni Eropa menyatakan bahwa larangan itu ilegal, tradisi tersebut tetap berlaku sampai hari ini, lapor Helena Smith untuk Guardian.