Profesor Silke Paulmann, Kepala Departemen Psikologi di Essex, bekerja sama dengan Profesor Netta Weinstein di Reading dalam penelitian tersebut.
Profesor Paulmann mengatakan, bahwa kita sering berpikir tentang apa yang guru katakan kepada siswanya, tetapi kita jarang berbicara tentang bagaimana mereka mengatakannya.
"Tapi nada suara yang digunakan guru benar-benar penting dan cara kita memodulasi suara kita bisa berdampak besar pada pendengar," katanya.
Baca Juga: Pendidikan dan Pekerjaan Era Digital Jadi Sorotan Forum B20 Indonesia
Baca Juga: Gerakan Chicano 1968: Suara Siswa Menuntut Kesetaraan Pendidikan
Baca Juga: Riwayat Kedekatan Guru dan Murid: Aristoteles dan Alexander Agung
Baca Juga: Guru Punya Peran Penting dalam Pemulihan Pendidikan di Masa Pandemi dan Pascapandemi
Dalam penelitian tersebut, suara guru yang direkam sebelumnya diperdengarkan kepada 250 anak yang kemudian diminta untuk menilai bagaimana nada tersebut memengaruhi mereka.
Mereka diminta menilai bagaimana hal itu akan memengaruhi faktor-faktor seperti kompetensi, emosi, kepercayaan, dan niat mereka untuk bekerja sama.
Anak-anak bereaksi jauh lebih baik terhadap suara-suara yang mendukung sementara mengontrol nada membuat harga diri mereka anjlok dan teladan suara guru dianggap kurang dapat dipercaya.
Penelitian ini diharapkan untuk mempengaruhi pelatihan guru dan membantu meningkatkan hasil kelas. Studi selanjutnya dapat keluar dari lab dan masuk ke sekolah untuk melihat di mana perbaikan dapat dilakukan.
Profesor Weinstein mengatakan, nada suara adalah cara yang ampuh untuk menyampaikan kepedulian, pengertian, atau keterbukaan guru.
"Kita mudah lupa saat kita stres atau lelah, tetapi guru dapat menyediakan lingkungan belajar yang positif saat mereka berpikir dengan cara mereka sendiri." menggunakan nada suaranya," katanya.