Hewan Apa yang Bertahan di 'Babak Eliminasi' Perubahan Iklim?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 1 Februari 2023 | 08:00 WIB
Beruang kutub tergeletak tak bernyawa setelah ditembak petugas kapal pesiar. Perubahan iklim membuat banyak hewan vertebrata akan terancam. Kepunahan karena perubahan iklim adalah 'babak eliminasi' bagi kehidupan di Bumi. (NTB Scanpix/AFP/Gustav Busch )

Nationalgeographic.co.id—Dampak jangka panjang dari perubahan iklim adalah kepunahan massal bagi banyak spesies di muka Bumi. Semua makhluk harus beradaptasi menghadapi tantangannya masing-masing demi kelangsungannya.

Demi mempertahankan diri, semua spesies akan mengikuti teori Charles Darwin, seleksi alam. Mereka yang memiliki kemampuan bertahan hidup, akan selamat. Sementara yang lemah, akan punah akibat dampak perubahan iklim yang sangat kompleks.

Lantas, hewan mana yang akan menjadi "sang juara" dari "babak eliminasi" besar-besaran yang disebabkan manusia ini?

Untuk mengetahui itu, Giovanni Strona dari Faculty of Biological and Environmental Sciences, University of Helsinki, Swedia, memimpin penelitian tentang kemampuan bertahan hidup dari banyak hewan. Penelitiannya dipublikasikan di jurnal Science Advances 16 Desember 2022 berjudul "Coextinctions dominate future vertebrate losses from climate and land use change".

Sulit sebenarnya untuk mengetahui siapa pemenang tersisa setelah perubahan iklim benar-benar terasa. Pasalnya, semua hewan terhubung karena memiliki simbiosis yang dibutuhkan untuk menopang kehidupannya.

Dalam studinya, Strona dan tim mengungkapkan bahwa skenario emisi menengah, Bumi akan kehilangan rata-rata 20 persen keanekaragaman hayati di seluruh dunia di akhir abad ini. Pada skenario pemanasan terburuk, kerugiannya meningkat hampir 30 persen.

Strona baru-baru ini juga menerbitkan bukunya di Springer berjudul "Hidden Pathways to Extinction". Dia menyebutkan bahwa perubahan iklim punya dampak tidak langsung yang memengaruhi ekosistem.

Semua spesies pada akhirnya harus bertahan mencari sumber daya dan melindungi dirinya dari ancaman. Dalam tahap lebih besar ini dinamakan seleksi alam, yang juga berhubungan dengan evolusi.

Domino kepunahan

Pada studinya, dia membuat simulasi dengan membangun beberapa model Bumi yang menggabungkan lebih dari 15.000 rantai makanan. Semuanya terhubung dengan ribuan spesies vertebrata darat. Simulasinya menjelaskan pelbagai skenario perubahan iklim dan penggunaan lahan di ekosistem tersebut.

Hasil simulasinya menunjukkan, ketika perubahan iklim menyebabkan hilangnya satu spesies, rantai makanan, penyerbukan, dan fitur ekosistem lainnya terganggu. Mekanismenya speerti efek domino dalam, kepunahan bersama, sehingga mendorong sebagian besar keankeragaman spesies vertebrata darat menurun di bawah proyeksi perubahan iklim, ungkap para peneliti.

Namun, mengetahui mana yang lebih rentan sangat sulit, karena kompleksitas hubungan hewan dan ekosistem alami, ditambah ketidakpastian bagaimana perubahan iklim yang ekstrem bakal terjadi.