Saat Lingkungan Hijau Menjadi Gurun, Bagaimana Tanaman Tetap Ada?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 2 Februari 2023 | 13:00 WIB
Bunga aster batu taman gantung (Laphamia specuicola), terlihat di sini di tebing batu pasir yang curam. Ada banyak tanaman yang bisa bertahan di lingkungan kering gurun, bagaimana bisa? (Isaac Lichter-Marck)

Nationalgeographic.co.id—Perubahan iklim dapat membuat bentang alam menjadi lebih kering di seluruh Bumi. Meski kering, masih ada beberapa vegetasi yang mampu bertahan walau air sulit didapat. Namun, seberapa jauh vegetasi bisa bertahan di situasi bioma yang kering akibat perubahan iklim?

Jutaan tahun lalu, saat periode maksimum glasial, Afrika bagian utara adalah kawasan hijau yang bisa dihidupi manusia, dan hewan-hewan yang ada di kawasan tropis dan sub-tropis pada umumnya. Hal itu diungkapkan lewat banyak gambar cadas, prasasti, dan pengamatan geologis.

Namun, seiring berakhirnya masa glasial, perubahan iklim menerpa. Hingga sekitar 6000-4000 SM kawasan itu mengering. Perubahan iklim memicu penurunan curah hujan. Hal itu mungkin dirasakan oleh peradaban awal Mesir kuno sebelum segersang pada milenium berikutnya.

Akan tetapi, masih ada vegetasi seperti kaktus, yang bisa menjadi makanan peradaban manusia. Melihat hal ini, sebuah makalah terbaru di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences 30 Januari 2023, berjudul "Edaphic specialization onto bare, rocky outcrops as a factor in the evolution of desert angiosperms" mencari tahu kemampuan vegetasi di lingkungan kering.

"Jika Anda berpikir tentang kegersangan hanya sebagai stimulus untuk evolusi tanaman, maka dalam banyak kasus orang dapat mengatakan bahwa tanaman [seperti] ini selamat," kata Isaac Lichter-Marck, penulis pertama studi dari Department of Integrative Biology and Jepson Herbarium, University of California.

Sekitar seperlima dari permukaan tanah bumi adalah gurun, tambahnya. Jika adaptasi terhadap kondisi gersang hanya mungkin dilakukan oleh tanaman yang telah berevolusi untuk menghadapi tekanan seperti itu, maka banyak tanaman saat ini mungkin tidak dilengkapi dengan peralatan genetik memadai untuk bertahan hidup.

Ada banyak fosil tanaman yang diungkap oleh para ahli paleontologi. Fosil tanaman yang tumbuh subur puluhan juta tahun sebelum menyebar ke gurun, memiliki karakteristik yang mirip dengan tanaman gurun yang ada saat ini.

"Mereka dapat beradaptasi, dan mereka akan baik-baik saja. Mereka akan memanfaatkan kondisi baru ini, dan mereka akan berkembang," lanjutnya di Eurekalert.

Para peneliti menjelajahi gurun di benuya Amerika yang sudah gersang dalam 5—7 juta tahun terakhir. Ahli botani telah lama menyadari bahwa tumbuhan menginvasi gurun, dan dengan cepat melakukan diversifikasi untuk mengisi banyak celah untuk menciptakan jenis habitat baru tersebut.

 

Daisy batu Brandegee ( Perityle brandegeeana ) adalah salah satu bunga liar tahunan paling melimpah di habitat gurun Sonoran rendah di wilayah Vizcaino Baja California, di mana ia dapat menutupi bermil-mil tanah tandus selama berbulan-bulan pada suatu waktu. (Isaac Lichter-Marck)

Mereka menemukan kasusnya pada bunga aster (Aster amellus) yang menunjukkan, "ketika gurun muncul, tanaman yang memiliki praadaptasi yang diperlukan untuk memanfaatkan kondisi baru adalah tanaman yang tumbuh subur," terang Lichter-Marck.

"Ada sumber garis keturunan terbatas yang dapat memanfaatkan tingkat kekeringan baru, dan itu penting untuk memahami efek perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati."