Lichter-Marck mengutarakan, butuh waktu yang sangat lama bagi tumbuhan untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan gurun yang gersang. Namun, selama Zaman Miosen Akhir (11—5 juta tahun silam), habitat kering menyebar, dan garis keturunan tanaman gurun seperti kaktus dan agave, bisa beradaptasi. Tumbuhan seperti ini mengalami diversifikasi yang cepat.
Tanaman yang hidup di gurun punya jenis lokasi berbeda-beda, salah satunya spesies yang hidup di bebatuan kering dan terbuka. Tanaman yang hidup di bebatuan yang tersingkap, akan mengalami tantangan yang sama dengan habitat gurun yang kering, terang Lichter-Marck.
Namun, tanaman seperti ini cenderung terpapar sinar UV, angin dan kondisi kering, dan panas-dingin ekstrem. Mereka juga harus bertahan dari serangan hewan herbivora.
"Cara tanaman menghadapinya beragam, tetapi biasanya melibatkan semacam morfologi akar khusus yang membantu mereka berlabuh di singkapan batuan, serta menghadapi kondisi gersang yang tinggi," jelasnya.
"Dan mereka cenderung memiliki daun yang lebih kecil, atau daun-daun dengan penutup rambut yang lebat yang membantu menyangganya dari kekeringan dan menghalangi sinar matahari, termasuk sinar UV. Mereka juga cenderung memiliki pertahanan kimiawi yang tinggi terhadap herbivora, karena butuh banyak energi untuk beregenerasi setelah dikunyah."
Baca Juga: Ternyata Padang Gurun Berperan Penting dalam Peradaban Mesir Kuno
Baca Juga: Meningkatnya Debu Atmosfer Menutupi Efek Pemanasan Gas Rumah Kaca
Baca Juga: Hewan Apa yang Bertahan di 'Babak Eliminasi' Perubahan Iklim?
Baca Juga: Nenek Moyang Manusia Diyakini Berbulu, Mengapa Sekarang Tidak Sama?
Lichter-Marck bersama rekannya di UC-Berkeley, Bruce Baldwin, mengurutkan DNA spesimen spesies daisy (Perityle)—tanaman berbunga di batuan gurun. Mereka melihat jenis sistem akar dan kemampuannya yang terwariskan secara genetika. Kemudian dibandingkan dengan fosil bunga aster untuk melihat garis waktu kasar evolusinya.
Hasilnya, dia menyimpulkan bahwa tanaman bisa beradaptasi dengan tekanan panas, gersang, angin, dan paparan UV matahari. Tanaman seperti ini bisa beradaptasi berdasarkan kekuatan tumbuh mereka di tebing, sebelum mengivasi gurun.
Penelitian seperti ini bisa menjadi pelajaran, bagaimana perubahan iklim kelak bisa membuat perubahan bagi tanaman yang ada hari ini. Beberapa kawasan di dunia yang dikenal hijau dan subur, mungkin kelak akan menjadi gurun kering. Pada akhirnya, tanaman harus bisa beradaptasi untuk menjadi jenis baru yang tangguh seperti jenis lain di gurun hari ini.