Misteri Suku Shihuh yang Terisolasi di Gunung: Apakah Orang Arab Asli?

By Utomo Priyambodo, Selasa, 7 Februari 2023 | 16:30 WIB
Syal dan kerudung emas yang dikenakan di Iran Selatan, disebut battula, mirip dengan yang biasa dikenakan oleh wanita suku Shihuh. (Hamed Saber and StellarD/Wikimedia Commons)

Suku Shihuh memiliki dua wilayah kesukuan dan dua rumah: desa pegunungan mereka dengan rumah batu berlantai satu yang dikenal sebagai bait al qufl (artinya 'rumah gua'), dan desa nelayan mereka, struktur yang kurang permanen dibangun dari karang dan daun palem atau arish.

Secara linguistik sering dikatakan bahwa suku Shihuh berbicara dalam bahasa yang tidak berhubungan dengan bahasa lain, tetapi sebenarnya tidak demikian. Meskipun bahasa mereka sering tidak dapat dipahami oleh orang Arab Teluk pesisir lainnya, bahasa itu sebenarnya adalah dialek bahasa Arab, yang berkembang dengan caranya sendiri melalui isolasi selama ratusan tahun.

Perbedaan menarik lainnya adalah pakaian adat Shihuh. Alih-alih tutup kepala ghutra putih yang dikenakan oleh orang Arab Teluk, orang-orang Shihuh lebih menyukai tutup kepala berwarna yang lebih umum terlihat lebih jauh ke selatan di Oman dan Yaman.

Baca Juga: Manusia-Manusia Berkulit Biru yang Terisolasi Akibat Diskriminasi

Baca Juga: Layaknya Zombie, Suku Filipina Kuno Pesta Makan Otak Manusia

Baca Juga: Jejak Majapahit di Bromo: Suku Tengger dan Kehidupan Sosial-Budayanya 

Perbedaan lainnya, orang Badui Arab membawa pisau melengkung seremonial yang dikenal sebagai khanjar. Adapun orang Shihuh memiliki kapak bergagang panjang yang mereka sebut a jerz. Alat ini kerap dibandingkan dengan kapak Zaman Batu dan menimbulkan spekulasi bahwa orang Shihuh mungkin semacam orang prasejarah.

Jadi dari mana orang-orang yang relatif terisolasi dan berbeda ini berasal? Tradisi mereka sendiri mengatakan bahwa orang Shihuh datang ke Arabia dalam gelombang besar imigrasi yang membawa sekelompok suku Arab di bawah Malik bin Fahm dari Yaman ke Arabia tenggara pada abad kedua Masehi.

Namun, tidak ada bukti kuat soal klaim tradisi itu, misalnya Nama keluarga Yaman mereka. Selain itu, analisis linguistik tidak menunjukkan tanda-tanda pengaruh dari Iran atau Baluchistan atau negara-negara di sebelah timur Teluk Oman pada suku Shihuh.

Penemuan arkeologi justru menunjukkan bahwa beberapa gelombang pertama orang yang datang 'keluar dari Afrika' memasuki Musandam melalui Yaman dan Oman. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya kapak batu tidak jauh di Jebel Faya.

Jadi apakah suku Shihuh adalah keturunan dari orang-orang Afrika itu? Misteri ini belum benar-benar bisa terjawab sampai adanya studi genetik terhadah orang-orang misterius yang terisolasi itu.