Pada malam ke-15 Tahun Baru Imlek, masyarakat Tiongkok pergi keluar untuk menikmati berbagai perayaan seputar Festival Lentera. Namun, ada juga yang bermalam di toilet untuk melakukan ritual penting. Mereka membersihkan kakus dan melakukan ritual untuk menyambut Zigu, selir Tiongkok yang jadi dewi toilet. Sang dewi turun ke dunia untuk mengungkapkan kesejahteraan keluarga.
Ritual Zigu
Jika hidup di masa Dinasti Ming (1368 - 1644), Anda mungkin melihat wanita meletakkan wajah kertas dan rok di atas patung jerami. Selama ritual, orang Tionghoa berdoa kepada dewi dengan kotoran kuda, genderang, dan nyanyian. "Patung itu akhirnya menjadi hidup dan memberi isyarat untuk menjawab pertanyaan tentang masa depan," tulis Siyi Chu di laman The World of Chinese.
Wanita pedesaan mempercayai ramalan dewi toilet tentang segala macam urusan rumah tangga. Tanggal pemujaan dan nama yang digunakan untuk memanggil dewi sedikit berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya "Third Lady of the Pit" di Shanghai dan "Maiden of the Shit Vat" di Ningbo. Dewi Zigu menulis ramalannya di alas beras atau debu. Bisa juga dengan mengetuk meja dengan sumpit.
Kisah pilu selir Zigu
Zigu lahir di Dinasti Tang (618 – 907) sebagai He Mei. Nasibnya berubah buruk pada tahun 688, ketika seorang pejabat prefektur bernama Li Jing membunuh suaminya. "Si pejabat kemudian memaksanya menjadi selirnya," kata Chu. Didorong oleh kecemburuan, istri Li akhirnya membunuh He Mei di toilet pada malam ke-15 bulan pertama.
Penyair Dinasti Song terkenal, Su Shi, mengeklaim bahwa Zigu secara pribadi menceritakan kisahnya. "Bahkan setelah kematian, saya tidak berani mengeluh. Tetapi para dewa melihat nasib saya. Untuk memperbaiki kesalahan, mereka memberi saya pekerjaan melayani dunia manusia," tulis Su dalam esainya "Kisah Dewi Zigu".
Penyebutan Zigu paling awal dapat ditemukan di A Garden of Marvels, sebuah buku cerita supernatural dari era Song (420 – 479). Jadi Zigu asli tidak mungkin lahir di Dinasti Tang seperti yang diklaim oleh Su.
Versi awal ini tidak memberikan Zigu identitas tertentu, meskipun pria yang dinikahinya bernama Zixu dan istrinya Lady Cao. Lady Cao juga memaksa Zigu untuk melakukan pekerjaan kotor. Dalam versi, Zigu tidak dibunuh tetapi mati karena marah.
"Banyak sastrawan berspekulasi Zigu bukan hanya satu orang, tapi mungkin sekelompok selir tragis yang menderita penganiayaan," Chu menambahkan.
Urusan meramal dan dewi toilet
Tidak begitu jelas mengapa tugas memprediksi urusan rumah tangga jatuh pada dewi toilet yang tragis. Ada banyak spekulasi soal itu. Beberapa cendekiawan percaya bahwa asal Zigu dari kelas bawah membuatnya cocok untuk rakyat jelata. Wanita, yang mengalami banyak ketidakadilan dalam masyarakat feodal patriarkal, adalah pelaksana utama ritual Zigu.
Orang lain melihat tempat tinggal Zigu yang sederhana sebagai titik penghubung penting antara kematian dan kehidupan baru. "Kotoran menandakan kematian (dari hewan dan tumbuhan yang dimakan, serta pembusukan). Itu juga menandakan reinkarnasi (ketika tanaman tumbuh subur dengan bantuan materi busuk)," kata Liu Qin, seorang sarjana di Universitas Sichuan.
Banyak legenda memberikan contoh tentang Zigu yang secara langsung menggunakan kotoran untuk rencananya yang cerdik. Dalam Collection of a Useless Gourd, dewi toilet mengoleskan kotoran di belakang telinga kanan seorang pria. Ini memungkinkannya untuk memahami bahasa semut yang akan memberi informasi soal harta karun yang terkubur.
Liu Zongyuan dari Dinasti Tang menulis cerita fiksi tentang seorang gelandangan bernama Li Chi. Saat bepergian, Li yang sudah menikah menggoda seorang wanita lokal yang ternyata adalah hantu toilet. Teman Li menemukannya sedang memeluk tong jamban dan tersenyum menakutkan ke dalamnya. Meskipun sang teman berusaha menyelamatkannya, Li akhirnya mati dengan kepala di mangkuk.
Ahli sinologi Amerika William H. Nienhauser mengartikan kisah tersebut sebagai Zigu menghukum pria yang rentan terhadap rayuannya.
Kini, dewi toilet tampak seperti simbol budaya yang hilang dari zaman dulu. Di perkotaan Shanghai, orang-orang menghentikan tradisi ini pada tahun 1930-an. Sementara praktik tersebut berlangsung hingga tahun 60-an di daerah pedesaan sekitarnya.
Di Haiyan, kabupaten terdekat di provinsi Zhejiang, di mana Zigu disebut sebagai "Gadis Keranjang Pencucian", tradisi tersebut berakhir sekitar tahun 50-an. "Tetapi pemerintah setempat sekarang berusaha menghormatinya sebagai warisan budaya," Chu menambahkan lagi.