Seorang ayah sejatinya menjadi sosok yang paling berperan untuk melindungi anak dari segala macam bahaya yang ada di sekitarnya.
Namun, faktanya, beberapa ayah justru malah bak berubah menjadi "predator" bagi anak-anak mereka.
Bahkan, ada beberapa dari para ayah ini yang bak kehilangan akal sehatnya dengan mencemari anak-anak sendiri.
Pada 2015 silam, sebuah berita tentang seorang pelatih Jujitsu asal Brasil yang diduga telah melecehkan anaknya sendiri yang baru berusia 12 bulan hingga meninggal dunia.
Sebuah tindakan yang menggiringnya pada suatu hukuman yang tak kalah mengerikan kala dia "dilecehkan balik" oleh para narapidana kala berada di dalam penjara.
Sementara itu, 40 tahun silam, seorang anak berusia 11 tahun disekap oleh ayahnya sendiri di sebuah ruang bawah tanah selama 24 tahun.
Selama itu pula sang ayah dengan teganya terus-menerus merudapksa sang anak hingga harus melahirkan sebanyak tujuh kali.
Beruntung, ada sebuah "celah keajaiban" yang membuat sang ayah lengah, hingga sang anak pun akhirnya berhasil melarikan diri untuk kemudian membeberkan segala perbuatan keji ayahnya.
Pengakuan memilukan yang kelak diangkat menjadi sebuah film yang tayang pada 2021 lalu.
Kok tega?
Pertanyaan tersebut pastinya akan mencuat ketika membaca berita-berita tentang aksi tak terpuji para ayah kepada anak kandungnya sendiri.
Situs Vanguardngr.com pernah merangkum beberapa pernyataan dari para ayah yang menjadi pelaku pelecehan seksual di Nigeria.
Seorang pelaku dari daerah Ikogoru mengaku bahwa dirinya merasa bahwa anaknya adalah mendiang istrinya yang telah meninggal dunia dan di saat bersamaan merasa tidak rela bahwa kelak anaknya bakal dimilliki oleh pria lain ketika dewasa.
"Saya terpesona oleh kecantikannya dan merasa tidak enak bahwa suatu hari nanti, seseorang akan menikmatinya," tutur pria tersebut.
Sementara seorang pria dari negara bagian Lagos beralasan bahwa perbuatannya terjadi usai dia kehilangan pekerjaan hingga kemudian mulai rutin mengonsumsi minuman beralkohol.
Terdengar mengada-ada atau mencari-cari alasan? Mungkin pengakuan jujur berikut ini malah akan membuat Anda murka.
Bayangkan saja, seorang ayah di negara bagian Akwa-Ibom malah merasa bahwa sesuatu yang normal jika dirinya merudapaksa anaknya sendiri.
"Itu adalah hal yang normal dan saya tidak melihat hal buruk dalam tidur dengannya..." ujarnya dengan percaya diri.
Demi nafsu
Apa pun alasan yang diutarakan para pelaku, Dr. Rinita Jain seorang psikolog dari India menganggap bahwa alasan sebenarnya ya hanya untuk memuaskan nafsu belaka.
Dalam artikel yang ditulisnya di psychologs.com (27/2/2020), Jain menulis bahwa tindakan pemerkosaan terhadap anak "merupakan kesenangan naluriah tanpa rasa takut akan konsekuensinya."
Apalagi, masih menurut Jain, "ada kebodohan dalam pendidikan dan sistem politik kita yang sama sekali gagal menangani kejahatan ini."
Sementara itu, Elizabeth Ward, penulis buku Father-daughter rape menganggap bahwa pemerkosaan ayah-anak dapat berlanjut selama bertahun-tahun karena korban tidak memiliki siapa pun untuk mengungkapkan kondisinya.
Di sisi lain, menurut catatan Ward, pemerkosaan ini kerap kali lebih menonjolkan sisi kekuasaan dibandingkan sisi seksualitasnya.
"Pemerkosaan seringkali dipicu oleh persepsi bahwa perempuan adalah korban yang tidak berdaya dan dapat diakses," tulis Ward.
"Disimpulkan bahwa selama laki-laki berkuasa, pemerkosaan akan terus berlanjut."