Baca Juga: Sadarkah Kita, Tanaman yang Menjadi Rahasia Awet Muda Samurai Jepang Ini Juga Tumbuh Subur di Trawas
Hasilnya mendukung hipotesis bahwa mobilitas sosial biasanya terjadi sebelum konsolidasi kekuatan politik baru. Saat itu, rakyat jelata memiliki peluang terbesar untuk bergabung dengan kelompok elit dan mencapai peringkat tinggi di dalam kelompok tersebut.
Meritokrasi, berdasarkan pendidikan, juga memainkan peran penting. Setelah rezim baru memperkuat posisinya, peluang mobilitas elit berbasis prestasi berkurang. Tahap ini juga menandai penurunan meritokrasi pendidikan.
“Bagaimana kita bisa mewujudkan masyarakat di mana orang dapat memiliki masa depan yang mereka inginkan jika mereka berusaha, terlepas dari lingkungan tempat mereka dilahirkan?," Matsumoto menambahkan.
Ia berharap dengan temuan kajiannya, persoalan ini dapat didiskusikan secara objektif, melihat kembali data sejarah jangka pendek maupun jangka panjang.
"Saat ini, ketika kita mencita-citakan masyarakat yang berdasarkan meritokrasi dan bukan nepotisme, temuan ini terus mencerahkan kita," katanya.