Neraka di Ravensbrück: Ribuan Interniran Wanita Mati oleh Nazi

By Galih Pranata, Jumat, 17 Februari 2023 | 14:00 WIB
Tahanan wanita dipaksa membuat permadani di kamp konsentrasi Ravensbrück. (All Thats Interesting)

Nationalgeographic.co.id—Nazi dikenal dunia memiliki sejumlah kamp tahanan bak neraka. Di antara kengerian kamp konsentrasi Nazi seperti Auschwitz, Buchenwald, Dachau, dan Mauthausen-Gusen, kisah Ravensbrück sering diabaikan.

Pengabaian sejarah tentang kamp itu terjadi mungkin karena di sana merupakan satu-satunya kamp khusus untuk tahanan wanita, di mana orang-orang secara keliru berasumsi bahwa kamp wanita Nazi akan lebih ramah dan lebih lembut.

"Atau mungkin juga karena kamp tersebut segera ditutup di Jerman Timur setelah pembebasannya oleh pasukan Soviet," tulis John Kuroski kepada All Thats Interesting.

Bersama dengan photo story-nya, ia menulisnya dalam sebuah artikel berjudul 24 Photos Of Life Inside Ravensbrück, The Nazis’ Only All-Female Concentration Camp yang diterbitkan pada 26 Januari 2015.

Tidak seperti Bergen-Belsen, Dachau atau Buchenwald, kengeriannya tidak terekam oleh fotografer profesional yang menemani pasukan Sekutu di hari-hari terakhir perang. Namun kisah kamp konsentrasi Ravensbrück patut diingat.

Setelah meletusnya Perang Dunia II, sejumlah 130.000 tahanan wanita melewati gerbang Ravensbrück. Mengerikannya, kebanyakan dari mereka yang masuk ke kamp itu tidak pernah bisa keluar lagi. Hanya sedikit wanita Yahudi yang dikirim ke sana.

Catatan perang yang bertahan menunjukkan bahwa selama tahun-tahun pengoperasian kamp (Mei 1939 hingga April 1945), hanya 26.000 narapidana adalah orang Yahudi. Lantas, siapa saja tahanan wanita yang dikirim ke kamp itu?

Kebanyakan wanita itu adalah penentang rezim Nazi: mereka adalah mata-mata dan pemberontak. Sisanya adalah cendekiawan dan akademisi yang secara terbuka mendukung sosialisme atau komunisme—atau menganut faham lain yang dianggap berbahaya oleh Hitler.

Terdapat juga sekelompok wanita yang sama sekali tidak memenuhi ekspektasi feminitas Jerman—kelompok ini termasuk golongan lesbian, istri Arya dari Yahudi, wanita dengan cacat fisik, dan wanita dengan gejala sakit mental.

Mereka, bersama para pelacur, dipaksa memakai lencana segitiga hitam yang menandai mereka sebagai wanita "asosial". Sebaliknya, penjahat akan memakai lencana segitiga hijau, dan tahanan politik mengenakan lencana merah.

Narapidana Yahudi, yang sudah terbiasa dengan lencana bintang yang menandai mereka sebelum penahanan, kemudian mereka diberi lencana segitiga berwarna kuning.

"Semakin banyak kotak (kesalahan atau kejahatan) yang Anda centang, semakin banyak lencana yang Anda dapatkan, dan kemungkinan besar nasib Anda akan semakin buruk," imbuh Kuroski.