Munculnya Gunung Baru di Pacitan, Ternyata Diidentifikasi sejak 2006

By Utomo Priyambodo, Jumat, 17 Februari 2023 | 17:00 WIB
Kemunculan gunung api bawah laut di perairan selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. (BIG)

Nationalgeographic.co.id—Lempeng-lempeng bumi terus bergerak. Oleh karena itu, bentuk permukaan bumi tidak akan pernah final selama planet ini ada.

Kemunculan gunung baru adalah salah satu contoh efek dari pergerakan lempeng-lempeng bumi. Salah satu gunung baru yang menyedot perhatian publik Indonesia adalah gunung di Pacitan.

Baru-baru ini publik dihebohkan oleh penemuan gunung bawah laut di perairan selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Gunung ini ditemukan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) saat sedang melakukan survei Landas Kontinen Ekstensial di wilayah tersebut.

Gunung baru ini menarik perhatian publik sehingga banyak pakar terkait gunung api angkat bicara mengenai kemunculan gunung api ini. Mirzam Abdurrachman, Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB), juga turut memberi komentar mengenai fenomena ini.

Mirzam menjelaskan gunung api yang berada di Pulau Jawa sangat erat kaitannya dengan subduksi lempeng-lempeng yang ada di selatannya. Subduksi dimulai kurang lebih sejak 55 juta tahun lalu.

Subduksi ini menghasilkan magmatisme yang kemudian muncul ke permukaan sebagai gunung-gunung api yang terbentang dari Jawa Barat hingga Jawa Timur.

Secara sederhana, orang-orang kemungkinan bakal berpikir bahwa deretan gunung api akan selalu memanjang dari barat ke timur. Namun, distribusi gunung api tersebut tidak sepenuhnya membentuk garis lurus.

Hal ini disebabkan oleh kompleksitas dari kondisi zona subduksi di selatan Pulau Jawa. Kompleksitas ini berasal dari beberapa hal, seperti laju subduksi yang mencapai 6,7 – 7 cm/tahun, perbedaan umur lempeng yang memasuki 3 bagian Pulau Jawa, hingga perbedaan komposisi kerak lapisan terluar Pulau Jawa.

Selain itu, ada hal menarik lainnya yang disebut roo rise atau oceanic plateu dengan dimensi luas sekitar 25.000 kilometer persegi dengan ketebalan rata-rata 15 kilometer. Hal tersebut menyebabkan palung mundur ke arah utara sejauh 60 kilometer. Mundurnya palung ini merupakan akibat dari masuknya roo rise ke Palung Jawa sejak 1,1 atau 1,3 juta tahun lalu. Selain itu, masuknya roo rise ke palung menimbulkan gangguan yang memunculkan tonjolan dari Jatim hinnga selatan Lombok yang diinterpretasikan sebagai gunung bawah laut.

“Nah, jadi yang sedang hangat dibicarain itu adalah nomor 4,” ujar Mirzam menunjuk gambar tonjolan di selatan lepas pantai Pacitan. Sebenarnya terdapat lebih dari satu tonjolan dan jika diperhatikan lebih teliti terdapat 5-10 tonjolan.

Peta roo rise dan tonjolan selatan Pulau Jawa. (ITB)

Baca Juga: Mekanisme Munculnya Pulau Baru di Tanimbar setelah Terjadinya Gempa