Kisah Kaisar Tiongkok Yongle Membawa Kekaisaran ke Panggung Dunia

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 18 Februari 2023 | 19:00 WIB
Kaisar Tiongkok Yongle merupakan penguasa ketiga Dinasti Ming. Lewat serangkaian proyek ambisius, ia membawa Kekaisaran Tiongkok ke panggung dunia. (Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Zhu Di, juga dikenal sebagai Kaisar Yongle, adalah penguasa ketiga Dinasti Ming Tiongkok. Kaisar Tiongkok ini menjalankan serangkaian proyek ambisius. Salah satu jasanya adalah membawa Kekaisaran Tiongkok ke panggung dunia lewat pelayaran legendaris Laksamana Cheng Ho.

Selama masa pemerintahannya, Yongle melakukan perpanjangan dan pelebaran Kanal Besar. “Kanal ini membawa biji-bijian dan barang lainnya dari Tiongkok Selatan ke Beijing,” tulis Kallie Szczepanski di laman Thoughtco. Ia memulai pembangunan Kota Terlarang dan memimpin sejumlah serangan terhadap bangsa Mongol yang mengancam sisi barat laut Ming.

Yongle sebelum menjadi kaisar Tiongkok

Zhu Di lahir pada tanggal 2 Mei 1360. Ayahnya adalah pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang, dan ibu yang tidak diketahui. Catatan resmi mengeklaim bahwa ibu anak laki-laki itu adalah calon Permaisuri Ma. “Namun ada desas-desus bahwa ibu kandungnya adalah permaisuri Zhu Yuanzhang dari Korea atau Mongolia,” kata Szczepanski.

Sejak usia dini, Zhu Di terbukti lebih cakap dan berani daripada kakak laki-lakinya Zhu Biao. Namun, menurut prinsip Konfusianisme, putra sulung diharapkan naik takhta. Setiap penyimpangan dari aturan ini dapat memicu perang saudara di kekaisaran.

Saat remaja, Zhu Di menjadi Pangeran Yan, dengan ibukotanya di Beijing. Dengan kehebatan militer dan sifat agresifnya, Zhu Di sangat tepat untuk menahan Tiongkok Utara dari serangan Mongol. Pada usia 16 tahun, ia menikahi putri Jenderal Xu Da yang berusia 14 tahun. Jenderal Xu Da saat itu memimpin pasukan pertahanan utara.

Pada tahun 1392, Putra Mahkota Zhu Biao meninggal mendadak karena sakit. Ayahnya harus memilih penerus baru. Pilihan yang tersedia adalah putra mahkota yang masih remaja, Zhu Yunwen, atau Zhu Di yang berusia 32 tahun. Sesuai dengan tradisi, Zhu Biao yang sekarat memilih Zhu Yunwen, yang berada di urutan berikutnya untuk suksesi.

Jalan menuju takhta Kekaisaran Tiongkok

Kaisar Ming pertama meninggal pada tahun 1398. Cucunya, Putra Mahkota Zhu Yunwen, menjadi Kaisar Jianwen. Kaisar baru melaksanakan perintah kakeknya agar tidak ada pangeran lain yang membawa legiun mereka untuk mengamati penguburannya. Pasalnya, sang kakek takut jika perang saudara pecah sepeninggalnya. Sedikit demi sedikit, Kaisar Jianwen merampas tanah, kekuasaan, dan pasukan pamannya.

Untuk membalasnya, Zhu Di berpura-pura sakit jiwa saat merencanakan pemberontakan terhadap keponakannya. Pada Juli 1399, dia membunuh dua perwira Kaisar Jianwen, pukulan pertama dalam pemberontakannya.

Musim gugur tahun itu, Kaisar Jianwen mengirim 500.000 pasukan melawan tentara Beijing. Zhu Di dan pasukannya sedang berpatroli di tempat lain. Jadi, para wanita di kota itu menangkis tentara kekaisaran dengan melemparkan barang pecah belah ke arah tentara. Ketika Zhu Di kembali ke kota, tentaranya mengalahkan pasukan Jianwen.

Pada 1402, Zhu Di berjalan ke selatan menuju Nanjing, mengalahkan pasukan kaisar di setiap kesempatan. Pada 13 Juli 1402, saat dia memasuki kota, istana kekaisaran terbakar. Tiga mayat — diidentifikasi sebagai milik Kaisar Jianwen, permaisuri, dan putra tertua mereka — ditemukan di antara reruntuhan yang hangus. “Meskipun demikian, desas-desus tetap beredar bahwa Kaisar Jiawen selamat,” tutur Szczepanski.