Nationalgeographic.co.id—Turki dan Suriah tengah menghadapi musibah besar. Gempa bermagnitudo 7,8 telah menciptakan duka yang mendalam. Namun, jauh sebelum terjadinya gempa di Turki dan Suriah, Chili pernah mencatatkan gempa terburuk.
Dikisahkan pada tanggal 22 Mei 1960, José Argomedo, seorang petani yang tinggal di luar Maullín, Chili, tengah menunggangi kudanya dengan tenang dan damai. Namun, seketika guncangan terjadi.
Guncangan itu bukan dari kudanya atau karena momentum menjelang puncak Perang Dingin, sehingga Argomedo awalnya mengira gemuruh itu sebagai awal perang nuklir. Guncangan itu berasal dari dasar bumi.
Suara gemuruh dan guncangan yang samar terasa itu menjadi "permulaan dari gempa berkekuatan 9,5 SR, yang terbesar yang pernah tercatat sepanjang sejarah kehidupan manusia di bumi," tulis responden National Centers for Environmental Information.
Ia menulisnya dalam artikel berjudul On This Day: 1960 Chilean Earthquake and Tsunami yang diterbitkan pada 22 Mei 2017.
"Meskipun Argomedo cukup beruntung untuk tetap berada di dataran tinggi selama beberapa jam berikutnya, banyak penduduk daerah lain yang tidak beruntung," imbuhnya. Di wilayah Chili Maullín, Quenuir, dan La Pasada menjadi bagian terparah.
Gempa Chili berkekuatan 9,5 pada tahun 1960 adalah gempa bumi terbesar yang pernah tercatat secara resmi, sebagai gempa terkuat yang pernah terjadi sepanjang sejarah. Guncangannya menciptakan kengerian.
Tercatat bahwa gempa ini mengakibatkan amblesnya permukaan tanah sehingga mendorong terjadinya tsunami hingga banjir bandang. "Ini secara permanen mengubah garis pantai di sebagian besar wilayah di Chili yang terkena dampak gempa bumi," tambahnya.
Guncangan utama dari gempa tersebut menghasilkan tsunami yang tidak hanya merusak sepanjang pantai Chili tetapi juga menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan harta benda yang luas hingga ke Hawaii, Jepang, dan Filipina.
Dampak yang dihasilkan mengerikan. Gelombang diamati di seluruh cekungan Samudra Pasifik. Kerusakan juga dilaporkan terjadi di Tahiti (Polinesia Prancis), Selandia Baru, Samoa Amerika, Alaska (AS), dan Kamchatka (Rusia).
Selain itu, pengukur pasang surut mencatat adanya gelombang besar di Samudra Atlantik, serta Samudra Hindia, menjadikannya tsunami raksasa pertama yang tercatat secara global.
Di Hawaii, tsunami menyebabkan 61 kematian dan 43 luka-luka. Tsunami melanda pantai Pasifik Jepang hampir sehari setelah gempa melanda Chile, menyebabkan kematian dan menghancurkan hampir 3.000 rumah.
Dampak ekonomi dari bencana alam dapat menghancurkan negara-negara yang terkena dampak gempa bumi dan tsunami. Pemerintah Chili memperkirakan bahwa hampir dua juta orang menjadi tunawisma dan lebih dari 58.000 rumah dianggap hancur total.
Baca Juga: 17 Gempa Paling Mematikan dalam 25 Tahun Terakhir, Empat di Indonesia
Baca Juga: Gempa Bumi Pengguncang Turki: Era Romawi, Ottoman, hingga Republik
Baca Juga: Mimpi Buruk Istanbul: Garis Waktu Gempa Bumi yang Mengguncang Turki
Baca Juga: Pelajaran Gempa Turki: Bagaimana Kesiapsiagaan Gedung Tinggi Indonesia
"Kerusakan akibat gempa bumi dan tsunami sebesar lebih dari $550 juta dolar AS," terusnya. Di Hawaii, tsunami menyebabkan kerusakan lebih dari $23,5 juta dolar AS dan Pantai Barat AS mengalami kerusakan tambahan sebesar $1 juta.
Sedikitnya 122 orang tewas dalam tsunami berikutnya di wilayah Chili Maullín, Quenuir, dan La Pasada saja. Jumlah kematian di Chili yang terkait dengan bencana tsunami dan gempa bumi diperkirakan antara 490 hingga 5.700.
Akibat bencana mengerikan ini, cakupan global tsunami mendorong terciptanya Sistem Peringatan dan Mitigasi Tsunami Pasifik pada tahun 1965.
Saat ini, terdapat dua badan yang meramalkan ketinggian gelombang dan waktu kedatangan tsunami sebagaimana adanya oleh Sistem Peringatan Tsunami AS mencakup Pusat Peringatan Tsunami Nasional dan Pusat Peringatan Tsunami Pasifik.