Racikan Daun Teh Tertua Sedunia di Makam Zaman Kaisar Tiongkok

By National Geographic Indonesia, Minggu, 19 Februari 2023 | 09:00 WIB
Peneliti menemukan residu dalam mangkuk porselen di makam Kerajaan Zoucheng, yang ternyata daun-daun teh usai diseduh sekitar 2.400 tahun silam. (Shandong University)

 

Nationalgeographic.co.id—“Tiongkok adalah negara pertama di dunia yang menemukan dan membudidayakan teh,” kata Profesor Shuya Wei dari Institute of Cultural Heritage and History of Science and Technology di Beijing.

Tanaman teh diduga pertama kali didomestikasi di Tiongkok lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Tradisi minum teh biasanya dikaitkan dengan Dinasti Tang yang memerintah selama abad ketujuh dan kedelapan Masehi. Meskipun referensi tertulis pertama tentang teh berasal dari tahun 59 SM, asal muasal salah satu minuman paling populer di dunia masih menjadi misteri.

Pada 2021, arkeolog menemukan teh di makam keluarga Kerajaan Zoucheng yang berusia sekitar 2.400 tahun. Sebelumnya, pada 2015, di makam Kaisar Jing Di dari Dinasti Han, arkeolog menemukan teh yang berusia lebih muda, sekitar 2.150 tahun.

Daun Teh Kuno di Makam Kerajaan Zoucheng

Jianrong Jiang, Guoquan Lu, Qing Wang, dan Shuya Wei merupakan para peneliti dari Shandong University dan University of Science and Technology Beijing. Mereka menyelidiki sisa-sisa teh tertua di dunia berasal dari Tiongkok sekitar 453 SM - 410 SM. 

Sisa-sisa daun teh berusia 2.400 tahun itu ditemukan di sebuah makam kerajaan di Zoucheng, Provinsi Shandong. Bukan sebuah kebetulan bila situs itu merupakan bekas ibu kota kuno kerajaan Zhu yang berkuasa pada 614 SM hingga 218 SM.

Pada 2018, mereka berhipotesis bahwa tanaman busuk yang ditemukan di cangkir porselen terbalik itu adalah daun teh, demikian seperti yang ditulis  Shana Wu untuk The Art Newspaper.

Studi mereka terbit di Nature, Scientific Report, bertajuk "The analysis and identification of charred suspected tea remains unearthed from Warring State Period Tomb" yang terbit pada Januari 2021.

Analisis ilmiah membandingkan temuan dengan teh kontemporer dan residu teh yang direndam melalui teknologi spektroskopi inframerah dan kromatografi gas-spektrometri massa. Hasilnya menegaskan bahwa sampel tersebut adalah daun teh yang berusia ribuan tahun.

"Menyatukan informasi tersebut," ungkap para peneliti, "dapat disimpulkan bahwa peninggalan arkeologi dalam mangkuk adalah sisa teh setelah direbus atau diseduh oleh orang dahulu."

Foto yang menunjukkan (a) Makam No. 1 di Xigang; (b) Benda penguburan di dalam kotak peralatan; (c) Mangkuk yang digali; (d) Residu yang keluar dari mangkuk; (e) Sampel CST diambil dari residu. (Shandong University)

Profesor Wang Qing, kepala proyek arkeologi dan rekan penulis studi, mengungkapkan bahwa makam itu milik Ratu Zhu yang berada di sebelah makam raja.

Ruang permakaman utama dari setiap makam meliputi area seluas beberapa ratus meter persegi. Sayangnya, situs ini telah mengalami pencurian sejak Dinasti Han (202 SM - 220 M).

"Hanya beberapa artefak yang tersisa, sementara banyak yang telah dicuri," kata Wang. Namun, potongan giok yang baru-baru ini digali "menawarkan petunjuk untuk mengidentifikasi periode temuan itu". 

Daun teh kuno dan artefak porselen yang ditemukan di makam tersebut mungkin bukan berasal dari Shandong. Wang berkata bahwa kerajaan Zhu kekurangan teknologi canggih yang dibutuhkan untuk memproduksi kapal semacam itu.

Sebaliknya, ia menambahkan, bentuk dan strukturnya identik dengan porselen dari negara bagian selatan Yue. Ia menduga bahwa ratu berasal dari Yue dan menikah di utara. Teh dan cangkir adalah barang kuburan yang diangkut dari kampung halamannya, ungkap Wang.

Menariknya, sisa teh pada masa itu tidak pernah ditemukan di Tiongkok selatan. Wang mengatakan sampel Shandong "lebih terlindungi dari pembusukan karena cangkir yang terbalik menghalangi udara dan tanah utara kurang asam".

Sekarang, para arkeolog menganggap bahwa bejana serupa yang ditemukan di makam Raja Yue juga digunakan untuk menyimpan teh.

Duan Teh Kuno di Makam Kaisar Jing Di

Sejarah teh perlu menambahkan temuan para ilmuwan di Beijing. Houyuan Lu, ilmuwan dari Chinese Academy of Sciences dan tim penelitiannya, mengungkapkan bahwa timnya mengekstraksi sisa-sisa tumbuhan kuno dari sebuah kota di mana Jalan Sutra bermula dan Ngari di Tibet barat, Tiongkok.

Hasilnya menunjukkan bahwa teh ditanam 2.100 tahun yang lalu untuk memenuhi kebiasaan minum dari Dinasti Han Barat (207 SM - 9 SM). Kelak tradisi minum teh Dinasti Han dibawa ke Asia Tengah sekitar 200 M, beberapa ratus tahun lebih awal dari yang tercatat sebelumnya.  

Studi itu diterbitkan dalam jurnal bergengsi Nature, Scientific Reports, bertajuk "Earliest tea as evidence for one branch of the Silk Road across the Tibetan Plateau", pada 2016.

Impresi seniman tentang Kaisar Jing Di dari Dinasti Han dalam Sancai Tuhui. (Wikimedia Commons)

Mereka menyingkap daun-daun teh di makam Kaisar Jing Di yang berusia sekitar 2.150 tahun. Sejauh ini sampel teh tertua yang ditemukan sebelumnya berasal dari sekitar 1.000 tahun yang lalu.

Kaisar Jing Di merupakan kaisar keenam dalam Dinasti Han. Ia berkuasa pada tahun 156-141 Sebelum Masehi. Dalam sejarah Tiongkok, Kaisar Jing Di menjadi penguasa yang memperkuat kekuasaan pusat dengan mengurangi hak-hak bangsawan.

Dia mengurangi pajak-pajak dan memperingan hukuman untuk perkara kriminal. Meskipun kepemimpinannya penuh intrik politik dan pengkhianatan, periode kekuasaannya dianggap sebagai salah satu masa-masa emas dalam sejarah Tiongkok.

Sejatinya makam Kaisar Jing Di ditemukan pada tahun 1990-an di Provinsi Shaanxi. Namun baru pada 2015, hasil analisis residu zat organik yang terkandung di dalam pemakaman menunjukkan kehadiran daun teh berkualitas tinggi. Sebelumnya, teh tak pernah ditemukan di makam mana pun di seluruh dunia.

Beberapa dari peninggalan lebih dari dua milenium ini terawetkan dengan sangat baik sehingga para peneliti dapat mengidentifikasi biji-bijian seperti jawawut dan beras.

Selain teh dan ragam serealia berbiji kecil, di kompleks permakaman itu juga ditemukan kereta tempur, senjata, dan miniatur tokoh tentara.

Baca Juga: Sejarah Panjang Perjalanan Tradisi Minum Teh: Dari Tiongkok ke Eropa

Baca Juga: Upaya Inggris Mematahkan Monopoli Teh oleh Kekaisaran Tiongkok

Baca Juga: Kisah Kaisar Tiongkok Yongle Membawa Kekaisaran ke Panggung Dunia

Baca Juga: Misteri Makam Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang, Benarkah Penuh Merkuri?

“Penemuan ini menunjukkan bagaimana sains modern dapat mengungkapkan detail penting yang sebelumnya tidak diketahui tentang budaya Tiongkok kuno,” Dorian Fuller, Director of the International Center for Chinese Heritage and Archeology di London, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Ia menambahkan, “Identifikasi teh yang ditemukan di kompleks makam kaisar memberi kita gambaran langka tentang tradisi yang sangat kuno yang menjelaskan asal-usul salah satu minuman favorit dunia.”

Para peneliti mengidentifikasi sisa-sisa itu sebagai daun teh dengan memeriksa kristal kecil di permukaannya. Teh tersebut kemungkinan besar adalah teh yang sangat bagus yang terbuat dari pucuk teh muda yang belum dibuka. Daun teh itu berasal dari sekitar tahun 141 SM, ketika Kaisar Jing Di meninggal dan disegel di makamnya.

Penemuan menunjukkan bahwa Jing Di adalah peminum teh yang besar. Selain itu temuan ini juga menunjukkan bahwa teh telah diekspor ke Tibet di sepanjang rute perdagangan yang mungkin telah membantu merintis jalan menuju Jalur Sutra.