Nationalgeographic.co.id - Robert Fortune adalah seorang ilmuwan, ahli botani dan, dalam beberapa hal, seorang mata-mata industri. Ia juga dikenal sebagai orang yang "mencuri" teh dari pedalaman Tiongkok dan membawanya ke India pada pertengahan 1800-an.
Apa yang dilakukannya tentu saja mengubah sejarah dan perekonomian. Perjalanan Fortune menunjukkan upaya Inggris dalam mematahkan monopoli teh oleh Kekaisaran Tiongkok.
Teh yang digemari di Inggris di abad ke-19
Di pertengahan abad ke-19, Inggris adalah kerajaan yang nyaris tak tertandingi. Kerajaan ini menguasai sekitar seperlima dari permukaan dunia. Namun Inggris memiliki kelemahan yang berhubungan dengan daun-daun kecil yang direndam dalam air panas. Itu adalah teh.
Pada tahun 1800, teh menjadi minuman paling populer di kalangan orang Inggris. Namun ada satu masalah besar. Semua teh di dunia berasal dari Kekaisaran Tiongkok dan Inggris tidak dapat mengontrol kualitas atau harganya.
Jadi sekitar tahun 1850, sekelompok pengusaha Inggris berangkat untuk menciptakan industri teh di tempat yang mereka kuasai: India.
Menukar opium dengan teh
Sebelum mengirim mata-mata untuk teh, Inggris melakukan perdagangan dengan Tiongkok, mengirimkan opium dengan imbalan teh.
Akan tetapi kaisar Tiongkok membenci opium sebagai alat tukar karena akan menyebabkan kecanduan parah. Jadi, kaisar menyita semua opium dan menghancurkan semuanya.
Inggris mengirim kapal perang. Namun mereka menyadari bahwa jika ingin mengimbangi konsumsi teh Inggris dan tidak berurusan dengan Tiongkok, mereka harus memilikinya sendiri.
Dalam buku For All the Tea in China: How England Stole the World's Favorite Drink and Changed History, Sarah Rose menulis tentang upaya Inggris untuk mengendalikan pasar teh. Upaya itu disebut sebagai tindakan spionase korporat terbesar dalam sejarah.
"Tugas itu membutuhkan pemburu tanaman, tukang kebun, pencuri, dan mata-mata. Orang yang dibutuhkan Kerajaan Inggris adalah Robert Fortune," tulis Rose. Fortune adalah agen yang dikirim untuk menyelundupkan tanaman dan rahasia produksi teh dari Tiongkok.
Source | : | Reuters,NPR |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR