Kisah Xian, 'Kaisar Boneka' di Masa Kemunduran Dinasti Han Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Rabu, 22 Februari 2023 | 08:00 WIB
Di masa kemunduran Dinasti Han di Kekaisaran Tiongkok, Xian diangkat jadi kaisar boneka. Ia adalah kaisar terakhir dari dinasti itu. (Taipei National Museum)

Sepeninggal Cao Cao, ahli warisnya Cao Pi mewarisi gelar dan kekuasaannya.

“Beberapa bulan kemudian, di bawah bujukan dan saran yang tiada henti, Kaisar Xian menyerahkan takhta kepada Cao Pi,” Dull menambahkan lagi.

Cao Pi mengubah nama kekaisaran menjadi Wei. Dia menghormati ayahnya, Cao Cao, sebagai Kaisar Wu dari Wei. Putra Cao Cao itu menjadi Kaisar Wen dari Wei.

Dinasti Han secara resmi berakhir. Setelah itu, dua panglima perang kuat lainnya mengeklaim takhta dan era Tiga Kerajaan pun dimulai.

Apa yang terjadi dengan mantan Kaisar Xian?

Setelah Kaisar Xian terpaksa menyerahkan dinasti yang dimulai oleh leluhurnya, dia diturunkan pangkatnya menjadi Adipati Shanyang.

Bersama istrinya, putri Cao Cao, mereka menjalani kehidupan yang damai selama 14 tahun. Keduanya sangat murah hati dan suka membantu rakyat. Maka tidak heran jika mantan kaisar itu dicintai rakyatnya.

Liu Xie melepaskan segalanya dan memulai kehidupannya yang sederhana sebagai seorang tabib. Ia menggunakan keterampilan medis yang telah dipelajari dari istana sebelumnya.

Paruh pertama kehidupan Liu Xie sebagai Kaisar Xian bergolak dan tragis. Sebagai simbol kekuasaan di mata panglima perang, dia tidak pernah mendapatkan otoritas atau rasa hormat yang sebenarnya.

Baca Juga: Zhang Qian, Diplomat Kekaisaran Tiongkok yang Jadi Pelopor Jalur Sutra

Baca Juga: Wang Mang, Kaisar Tiongkok Dimutilasi Akibat Menyusahkan Rakyat

Baca Juga: Racikan Daun Teh Tertua Sedunia di Makam Zaman Kaisar Tiongkok

Baca Juga: Ketika Ilmu Hitam Menghancurkan Permaisuri Chen dari Tiongkok Kuno

Sebagai seorang kaisar, dia hampir menyaksikan dan mengalami sisi gelap dunia dan kemanusiaan. Saat itu, Liu Xie menyadari betapa Makmur Dinasti Han yang didirikan oleh leluhurnya serta semua pencapaiannya.

Meski sudah berjuang, Liu Xie tidak bisa melawan kekuatan-kekuatan besar yang melingkupi istana. Oleh karena itu, Liu Xie berkompromi. Ia melepaskan singgasana dan segala sesuatu yang menyertainya: persekongkolan, ketegangan, konflik, darah, dan pemberontakan.

Setelah melepaskan takhta, Liu Xie melayani rakyatnya dengan menyembuhkan banyak orang. Sang tabib memberikan pengobatan gratis bagi mereka yang membutuhkan.

Paruh terakhir hidupnya damai, sederhana dan tenang. Ia membantu orang sambil mendapatkan cinta dan rasa hormat yang tulus. Ini sangat berlawanan dengan apa yang dialaminya saat masih di istana.

Liu Xie meninggal dengan damai ketika dia sudah tua dan dimakamkan dengan upacara kaisar. Putra-putranya juga diberi gelar bangsawan, namun cucu dan keturunannya lambat laun menghilang dari catatan sejarah.