Sebagai guru bahasa Inggris, salah satu bacaan yang dia berikan kepada Puyi adalah Alice in Wonderland. Dia juga memberikan pelajaran kepada Puyi tentang sejarah dunia, dan berkait sejarah Inggris. Selain itu dia mengajarkan keunggulan monarki dibanding republik.
Sebagai orang terdekatnya, Johnston mampu menangkap imajinasi seorang Kaisar Cina muda di Kota Terlarang. Dia cepat mendapatkan kepercayaan dan persahabatan dari sang Kaisar.
Dia bertugas selama enam tahun sebagai tutor dan orang kepercayaan Kaisar Puyi, sekaligus saksi atas kehancuran Kekaisaran Tiongkok karena perang.
Berkat Johnston, Kaisar Puyi bisa menyaksikan teknologi baru pada awal abad ke-20, yakni teknologi sinema. Bahkan, sang Kaisar sangat menggemari film-film bisu yang dibintangi Harold Lloyd, aktor dan produser film asal Amerika Serikat.
Karena kegandrungannya tentang film, Puyi memasang proyektor film di Kota Terlarang. Para kasim menentang perilakunya yang dianggap menyalahi tradisi Tiongkok.
Peradaban lain yang mengubah gaya hidup Kaisar Puyi adalah sepeda, yang dia gunakan untuk berolahraga. Satu lagi teknologi barat yang diperkenalkan Johnston kepadanya, yakni telepon. Sampai-sampai sang Kaisar menelepon orang-orang di Beijing, sekadar untuk mendengarkan suara mereka.
Johnston begitu memengaruhi penampilan Kaisar Puyi. Apabila kita menyaksikan foto-foto Puyi berkacamata, hal itu juga berkat saran Johnston karena sang Kaisar menderita rabun jauh.
Kacamata bisa menjadi perkara besar dalam tradisi kaisar sehingga ayahanda Puyi, Pangeran Chun, menentang usulan Johnston yang menurunkan martabat Kekaisaran Tiongkok. Namun, pada akhirnya Puyi menggunakan kacamata itu—sebuah kemenangan Jonhston.
Penampilan Puyi yang tak lagi menggunakan kuncir—sebagai tradisi Manchu—juga tak lepas dari pengruh sang guru bahasa Inggrisnya. Sejak saat itu sang Kaisar dengan percaya diri menumbuhkan rambutnya.
Sang Kaisar mengenang mata biru Johnston yang tajam "membuat saya merasa tidak nyaman [...] Saya merasa dia sangat mengintimidasi dan belajar bahasa Inggris dengannya seperti anak yang baik, tidak berani berbicara tentang hal-hal lain ketika saya bosan [...] seperti yang saya lakukan dengan tutor Tiongkok lainnya."
Sang Kaisar menganugerahi Johnston dengan lencana pangkat tinggi dan gelar kehormatan. Dia juga memberinya hak istimewa untuk menaiki tandu di dalam Kota Terlarang.