Oleh karena itu, dua bulan setelah kematian Dorgon, banyak pejabat mengajukan tuntutan terhadapnya. Pejabat menuntut agar gelar kebangsawanannya dicabut dan mayatnya digali serta disiksa di bawah komando Kaisar Shunzhi.
Kontribusi Dorgon pada Dinasti Qing dipulihkan dan diklarifikasi sekitar satu abad kemudian oleh Kaisar Qianlong.
Ideologi Konflik dari Kaisar Shunzhi
Setelah kematian Dorgon, Kaisar Shunzhi yang berusia 13 tahun memperoleh dan memperbesar kekuasaan terpusat. Ia menetapkan serangkaian etiket dan sistem administrasi berdasarkan pemerintahan akhir Kekaisaran Ming.
Namun sebagai raja yang tegas dan cerdas, Kaisar Shunzhi sering berada dalam kontradiksi yang rumit.
Ia menghormati asal muasal Manchu yang nomaden dan bersikeras untuk melestarikan beberapa tradisi mereka.
Di sisi lain, dia sangat mengagumi Zhu Yuanzhang dan Zhu Youjian, kaisar pertama dan terakhir dari Dinasti Ming. Selain itu, Kaisar Shunzhi juga merupakan penggemar berat budaya Han dan Konfusianisme.
Ia adalah pangeran yang lahir dan tumbuh dalam rezim nomaden yang sangat menghormati kekuatan militer. Namun kemampuan membaca, menulis, melukis, dan sastra Kaisar Shunzhi dalam budaya Han sangat baik.
Bahkan Kaisar Shunzhi menunjukkan hormat dan simpati pada mereka yang melawan Dinasti Qing. Hal yang tidak umum bagi seorang kaisar.
Baca Juga: Puyi, Kaisar Tiongkok yang Pertama Kali Belajar Bahasa Inggris
Baca Juga: Kisah Magu, Dewi Rami 'Abadi' Tiongkok yang Menyembuhkan Asia Kuno
Baca Juga: Xuan, Dibesarkan di Penjara Hingga Jadi Kaisar Tiongkok Hebat