Ranjau Paku Romawi Kuno Ciptaan Julius Caesar Ditemukan di Jerman

By Ricky Jenihansen, Jumat, 3 Maret 2023 | 15:00 WIB
Kawat berduri tersebut merupakan sistem pertahanan ranjau paku yang diciptakan dan digunakan oleh Julius Caesar. (Frederic Auth)

Nationalgeographic.co.id—Kawat berduri yang dari zaman Romawi kuno dilaporkan telah ditemukan para arkeolog untuk pertama kalinya di tambang perak, Jerman. Kawat berduri tersebut merupakan sistem pertahanan ranjau paku yang diciptakan dan digunakan oleh Julius Caesar.

Pada tahun 52 SM, Julius Caesar menggunakan sistem parit dan ranjau yang cerdik untuk mempertahankan tentaranya dari pasukan Gallic yang melanggar batas di Prancis tengah modern.

Lebih dari dua ribu tahun kemudian, para arkeolog telah menemukan contoh pertama yang terawetkan dari tiang pertahanan serupa, yang kemungkinan besar melindungi tambang perak kuno.

Sebuah tim mahasiswa membuat penemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya di daerah Bad Ems, di tengah-tengah antara kota Bonn dan Mainz di Jerman saat ini, di bekas perbatasan utara Kekaisaran Romawi.

Arkeolog telah bekerja di wilayah Bad Ems sejak akhir abad ke-19. Penggalian awal menghasilkan bijih perak olahan bersama dengan fondasi dinding dan terak logam.

Sehingga para peneliti percaya bahwa itu terdiri dari pekerjaan peleburan yang berasal dari awal abad kedua M.

Namun pada tahun 2016, seorang pemburu melihat formasi tanaman yang aneh dan memberi tahu arkeolog di Goethe University, yang kemudian menemukan bahwa daerah tersebut menampung kamp Romawi seluas 20 acre (8 hektar) dengan sisa-sisa sekitar 40 menara pengawas kayu.

Tahun ini, tim mahasiswa yang dipimpin oleh Frederic Auth menggali paku kayu yang diawetkan di tanah lembap Bukit Blöskopf, yang merupakan tempat perkemahan Romawi kedua yang baru ditemukan berjarak 1,3 mil (2 kilometer) dari benteng pertama.

Tim juga menemukan koin dari tahun 43 M, membuktikan bahwa kedua benteng tersebut secara signifikan mendahului sistem benteng yang lebih besar yang dikenal sebagai "limes" yang dibangun pada tahun 110 M.

Paku kayu era Romawi ditemukan terawetkan di tanah lembab di daerah Bad Ems di Jerman. (Frederic Auth)

Limes (berarti "garis batas") adalah perbatasan yang dibentengi tembok yang membentang di sepanjang Kekaisaran Romawi utara.

Sejarawan Romawi kuno Tacitus menawarkan petunjuk tentang apa yang dipertahankan oleh kedua benteng tersebut.

Dia mencatat bahwa seorang gubernur Romawi bernama Curtius Rufus mencoba menambang perak di daerah ini pada tahun 47 M, tetapi hanya menemukan sedikit.

Pada kenyataannya, Bad Ems memiliki banyak perak, sekitar 200 ton ditemukan berabad-abad kemudian, tetapi orang Romawi tidak menggali cukup dalam untuk mendapatkannya.

Ada kemungkinan orang Romawi mendirikan kemah untuk mempertahankan diri dari serangan saat mereka mencoba menambang bahan mentah yang penting ini, kata para arkeolog.

Sementara Julius Caesar (hidup dari 100 SM hingga 44 SM) meninggal jauh sebelum benteng di Bad Ems didirikan, strateginya untuk menciptakan sistem pertahanan parit dan paku bertahan lebih lama darinya.

Baca Juga: Sisi Lain Julius Caesar, Kaisar Romawi Kuno Punya Banyak Gundik

Baca Juga: Bagaimana Julius Caesar Mengubah Romawi dan Memengaruhi Dunia Modern?

Baca Juga: Napak Tilas Jejak sang Diktator Romawi Julius Caesar di Kota Abadi

Baca Juga: Julius Caesar, Akhir yang Berdarah dari Seorang Diktator Romawi  

Dalam bukunya "Gallic Wars", Caesar menulis tentang benteng yang dia dirikan dalam Pertempuran Alesia di Prancis pada tahun 52 SM.

Dia ingin kemahnya dipertahankan oleh tentara sesedikit mungkin, jadi dia menebang cabang yang sangat tebal, menajamkannya ke suatu titik, dan menenggelamkannya ke dalam parit, mengikatnya dengan kuat di bagian bawah dan menutupi parit dengan cabang dan ranting willow.

"Siapa pun yang masuk ke dalamnya kemungkinan besar akan menusuk diri mereka sendiri pada tiang yang sangat tajam," tulis Caesar seperti dikutip Live Science.

Terlepas dari penemuan yang terpelihara dengan baik di Bad Ems, misteri tetap menyelimuti penggunaan benteng tersebut.

Benteng yang lebih besar tidak pernah selesai sepenuhnya, dan kedua benteng tersebut tampaknya sengaja dibakar beberapa tahun setelah pembangunannya.

Markus Scholz, seorang profesor arkeologi Romawi di Universitas Goethe, mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah hipotesis peneliti tentang benteng yang mempertahankan tambang perak itu benar.