Takjub Dengan Gemerlap Antariksa? Kini Kita Bisa Mendengar Merdunya

By Tri Wahyu Prasetyo, Minggu, 5 Maret 2023 | 10:00 WIB
Ilustrasi alunan musik dari antariksa (Tri Wahyu Prsetyo/ National Geographic Indonesia)

Nationalgeogaphic.co.id - Keindahan alam semesta, dengan bintang, galaksi, serta nebula yang tak terhitung jumlahnya, telah berhasil memikat setiap mata yang menyaksikannya. Tidak hanya menyaksikan visualnya saja, kini telinga kita juga dapat merasakan merdunya objek tersebut!

Agaknya hal tersebut telah mengacaukan pemahaman kita selama ini. Bagaimana suara dapat merambat melalui ruang hampa? 

Kim Arcand, seorang ahli visualisasi data di Observatorium Astrofisika Smithsonian, Cambridge, Massachusetts, telah menemukan cara untuk memperkuat dan memanipulasi gelombang suara yang tidak dapat dideteksi oleh telinga manusia.

Arcand bersama timnya menggunakan pemrosesan kreatif—mengambil data dari teleskop optik, inframerah, serta sinar-X, dan menetapkan catatan pada data yang diambil—untuk merender fenomena langit melalui suara. “Sonifikasi” inilah yang memberikan cara baru bagi manusia untuk merasakan pengalaman menakjubkan.

Lebih dari 20 tahun, Arcand, bekerja dengan rekan-rekannya di Smithsonian, Universitas Harvard, NASA, beserta tim SYSTEM Sounds dari Kanada. Mereka telah membuat trek audio yang dibuat khusus untuk menghidupkan gambar-gambar langit.

Lagu-lagu tersebut kini dapat didengar dalam platform YouTube, berdampingan dengan gambar-gambar langit yang menginspirasinya. Kini, dari 16 sonifikasi dan amplifikasi tersebut telah digabungkan menjadi sebuah album bertajuk Universal Harmonies, yang akan tersedia dalam platform CD, vinyl, dan streaming mulai 10 Maret mendatang.

Selain membawa sains ke khalayak yang lebih luas, Arcand juga percaya bahwa sonifikasi dapat mendukung sains itu sendiri dengan memungkinkan lebih banyak orang berkontribusi pada pemahaman kita tentang alam semesta.

Salah satu tujuannya, katanya, adalah untuk menunjukkan bahwa "orang yang buta atau rabun ... juga bisa menjadi bagian dari usaha ilmiah."

Bagi ahli astrofisika Universitas Toronto, Matt Russo, yang menjalankan SYSTEM Sounds bersama dengan musisi Andrew Santaguida, sonifikasi telah menjadi kesempatan untuk menyatukan dua minat besarnya—astronomi dan musik. Russo mempelajari gitar jazz sebagai sarjana di Universitas Toronto sebelum beralih ke astronomi.

“Saya tertarik dengan rock, blues, hal-hal sejenis Hendrix,” katanya. Di SYSTEM Sounds, dia mengatakan misinya “hanya untuk menjelajahi alam semesta melalui suara. Itu berarti mengubah segala jenis data astronomi sehingga dapat dialami secara pendengaran.”

Baca Juga: Ternyata, Struktur Galaksi di Alam Semesta Awal Jauh Lebih Beragam

Baca Juga: Astronom Deteksi Ledakan Besar di Luar Angkasa Selain Big Bang

Baca Juga: Alien Mungkin Menggunakan Bintang untuk Berkomunikasi Satu Sama Lain

Ini adalah seni dan sains, dan Russo langsung tertarik pada tantangan itu. “Jelas sekali bahwa itu menyenangkan dan bermanfaat,” katanya. “Saya harus menggabungkan semua hasrat saya sekaligus. Dan orang-orang benar-benar terhubung dengannya.”

Sonifikasi yang dibuat untuk Universal Harmonies didasarkan pada data dari tiga teleskop berbeda: data sinar-X dari Observatorium Sinar-X Chandra, data optik dari Teleskop Luar Angkasa Hubble, dan data inframerah dari Teleskop Luar Angkasa Spitzer.

Setiap teleskop memiliki alat musiknya sendiri: glockenspiel untuk Chandra, dawai untuk Hubble, dan piano untuk Spitzer.

Dalam hal ini, gambar dipindai dari kiri ke kanan, dengan posisi vertikal yang mengontrol nada—sumber cahaya di dekat bagian atas gambar disajikan dengan nada yang lebih tinggi, dan sumber di dekat bagian bawah menjadi nada yang lebih rendah. Sementara itu, volume setiap not sebanding dengan kecerahan bagian gambar tertentu.

Bagi Arcand, pusat galaksi dapat dianalogikan dengan inti perkotaan sebuah kota, tatkala Anda akan berada di tengah hiruk pikuk perkotaan. Meskipun demikian, karya yang dihasilkan terdengar hampir merdu, berkat interaksi antar instrumen.

Bagi Russo, kolase suara menawarkan cara baru untuk “melihat” keriuhan di jantung galaksi kita. “Anda dapat mendengar berbagai struktur dan tekstur yang ada saat Anda menggunakan panjang gelombang cahaya yang berbeda untuk melihat alam semesta,” katanya.

Dalam sonifikasi ini, nada-nada rendah disesuaikan dengan sinar-X yang kurang energik, dan suara nada tinggi sesuai dengan sinar-X yang lebih energik.

Arcand menjelaskan bahwa versi awal dari sonifikasi ini memiliki tempo yang setara dengan trek lainnya. “Tapi kami mendengar umpan balik dari orang-orang, terutama orang-orang di komunitas tunanetra dan rabun, yang menginginkannya diperlambat agar dapat menghabiskan lebih banyak waktu dengan data seiring berjalannya waktu.”