Di wilayah lain, seperti Tibet dan Mongolia, organisasi pro-kemerdekaan berhasil merebut kebebasan mereka dari Beijing dan mendirikan negara baru.
Runtuhnya Dinasti Qing dan akhir Kekaisaran Tiongkok
Pada November 1911, pejabat Qing menunjuk Yuan Shikai sebagai perdana menteri. Pemerintah mengesahkan Reformasi Sembilan Belas Pasal yang mengubah Tiongkok dari rezim otokratis menjadi monarki konstitusional. Namun, perubahan ini terlambat dan gagal memuaskan para pemberontak.
Di Tiongkok Selatan, pasukan revolusioner merebut Nanking dan mengubahnya menjadi ibu kota pemerintahan sementara yang baru. Pada bulan Desember, delegasi Beijing dan Nanking bertemu di wilayah Konsesi Inggris di Shanghai guna mengakhiri krisis. Akhirnya disepakati bahwa kaisar akan turun takhta dengan syarat Yuan Shikai diangkat menjadi presiden Tiongkok.
Yuan Shikai tidak menjunjung tinggi kesepakatannya dan komite revolusioner memilih Sun Yat-sen sebagai presiden sementara pada tanggal 29 Desember. Pada tanggal 3 Januari 1912, kelompok pemberontak berusaha membunuh Yuan Shikai dan tentara pemberontak mulai berbaris di Beijing.
Takut untuk tunduk, perdana menteri melaksanakan persyaratannya di Konferensi Shanghai dan menyarankan kepada pejabat Qing agar kaisar turun tahta. Kaisar terakhir, Puyi, melepaskan takhta pada 12 Februari. Untuk sepenuhnya melaksanakan ketentuan perjanjian, Sun Yat-sen mengundurkan diri dari kursi kepresidenan. Setelah itu, Yuan Shikai dilantik pada 12 Maret 1912. Republik Tiongkok pun terbentuk.
Tak lama setelah pencalonan Yuan Shikai, sebagian besar faksi revolusioner berkumpul di Partai Kuomintang, yang mendominasi majelis terpilih pertama. Song Jiaoren terpilih sebagai perdana menteri tetapi dibunuh atas perintah Yuan pada Maret 1913.
Tiongkok akan memasuki fase ketidakstabilan karena berbagai tokoh berpengaruh bersaing untuk mendapatkan kekuasaan di dalam dan di luar Kuomintang. Gerakan lain, seperti Partai Komunis Tiongkok, segera muncul di peta sosial dan politik.
Revolusi 1911, suatu kegagalan atau kesuksesan?
Revolusi Tiongkok tahun 1911 dihasilkan dari berbagai pemberontakan melawan Dinasti Qing. Gerakan di balik pemberontakan tersebut tidak terkoordinasi dalam satu organisasi dan memiliki tujuan yang berbeda. Tapi semua pemberontak bersatu dalam menghapus kekuasaan Manchu dari Tiongkok.
Revolusi memang mencapai tujuan utamanya untuk menyingkirkan Kaisar Qing. Namun, berbagai kelompok yang menjadi tulang punggung revolusi mengejar tujuannya masing-masing.
Mongolia dan Tibet berhasil memperoleh kemerdekaan dari Beijing. Namun bagi fraksi politik lainnya, kemenangan tersebut berubah menjadi tantangan yang lebih kompleks.