Kisah Kaisar Tiongkok Guangxu, Tidak Pandai Berpolitik tapi Ambisius

By Sysilia Tanhati, Jumat, 10 Maret 2023 | 11:00 WIB
Dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok, ada beberapa kaisar yang ambisius. Seperti Kaisar Tiongkok Guangxu dari Dinasti Qing. Namun sayangnya, ambisinya tidak diiringi dengan kemampuan berpolitik. Ia gagal melakukan reformasi di kekaisaran. (Public Domain)

Selama ditawan, Cixi terkadang mengizinkan Kaisar Guangzu untuk berpartisipasi dalam pertemuan politik. Namun sebagai tawanan, dia adalah kaisar boneka yang harus mengatakan apa yang diminta Cixi.

Guangxu menghabiskan sebagian besar waktunya membaca buku di seluruh dunia. Meski menjadi tahanan rumah, ia tidak pernah berhenti mempelajari hukum dan ideologi dari negara barat maju.

Kaisar Guangxu berharap setelah Cixi meninggal, dia dapat melaksanakan reformasinya lagi. Namun, ini hanya angan-angannya karena Ibu Suri Cixi adalah politisi yang lebih dewasa, licik, dan tanpa ampun.

Ketika Cixi sudah tua dan sakit, Kaisar Guangxu diracun sampai mati di bawah komandonya karena kebijakan "pemberontak" dan ia berpotensi untuk membahayakan dominasi aristokrat Qing.

Kaisar Guangxu meninggal sehari sebelum kematian sang ibu suri.

“Dekrit terakhir Cixi menyerahkan tahta kepada Puyi, keponakan kaisar yang berusia hampir tiga tahun,” tambah Pletcher.

Baca Juga: Chongzen, Kaisar Tiongkok Pilih Akhiri Nyawa Sendiri dengan Sadis

Baca Juga: Mengapa Puyi, Kaisar Terakhir Tiongkok, Melepaskan Takhtanya?

Baca Juga: Kisah Revolusi 1911 yang Meluluhlantakkan Kekaisaran Tiongkok

Baca Juga: Mengapa Puyi, Kaisar Terakhir Tiongkok, Melepaskan Takhtanya?

Sejak awal dipercaya secara luas bahwa Kaisar Guangxi meninggal karena diracuni. Namun tidak ada bukti yang mendukung teori ini hingga satu abad setelah kematiannya. Pada tahun 2008, setelah penelitian selama lima tahun, sebuah laporan dikeluarkan oleh para peneliti dan pejabat polisi Tiongkok. Laporan itu mengonfirmasikan bahwa kaisar diracuni dengan arsenik. Laporan itu tidak membahas siapa yang mungkin memerintahkan pembunuhannya, tetapi kecurigaan telah lama diarahkan ke Cixi.

Kaisar Guangxu adalah kaisar yang tidak beruntung dan menyedihkan dalam sejarah Tiongkok. Ia ambisius dan bercita-cita untuk membawa kemakmuran bagi kekaisarannya. Sayangnya, Kekaisaran Tiongkok sudah mulai meredup dan memiliki beberapa masalah besar.

Guangxu tidak takut perang atau kehilangan kekuasaan atau takhta. Ia mencoba menerapkan reformasi mendasar yang dapat membawa perubahan signifikan bagi kekaisaran tercintanya.

Tidak seperti nenek moyang dan bibinya, dia keluar dari kandang dan mulai berpikir dari perspektif yang lebih besar. Namun, Guangxu dan ketidakmampuan para pengikutnya membuat reformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya menemui kegagalan total.

Meski tidak pernah berhenti mencoba dan belajar, Kaisar Guangxu tetap saja berakhir menjadi korban roda sejarah.