Namun, para panglima perang itu terus berkembang. Mereka memiliki tentara, wilayah, dan kekuatan administratif yang independen.
Dengan bantuan beberapa panglima perang yang setia, pasukan berperang melawan panglima perang yang paling mengancam dan tidak patuh.
Sayangnya, para panglima perang itu tidak berdedikasi atau setia. Di sisi lain, kaisar juga tidak memiliki jenderal yang berbakat dan dapat diandalkan. Ini menjadi masalah terutama ketika tentara di pasukannya masih belum berpengalaman. Tak lama kemudian, 100.000 pasukan kerajaannya tewas setelah dua kegagalan tragis.
Menjadi kaisar boneka yang terhina
Setelah kegagalan yang signifikan itu, Zhaozong menjadi kaisar boneka yang dimanipulasi oleh para panglima perang. Dalam beberapa tahun berikutnya, dia disandera dan dipenjara. Para pangeran dari Dinasti Tang pun dibunuh.
Terakhir, panglima Zhu Wen menang atas yang lain dan mengambil sang kaisar di bawah kendalinya. Kaisar Zhaozong terpaksa mencalonkan Zhu Wen sebagai menteri terkuat Dinasti Tang.
“Awalnya, Zhu Wen adalah pengikut pemberontak Tang besar Huang Chao,” ungkap Swati Chopra di laman Britannica.
Zhu Wen kemudian memaksa Kaisar Zhaozong untuk pindah dari ibu kota Tang. Ia menghancurkan kota Chang’an dan istana sebelum mereka pergi. Puluhan ribu warga sipil yang tinggal di ibu kota, Chang'an, juga dipaksa bermigrasi.
“Istana kekaisaran yang luar biasa, Istana Daming, dirobohkan dan dibakar,” tambah Chopra.
Dibangun pada awal Dinasti Tang, itu adalah tempat tinggal kaisar Tang selama ratusan tahun. Istana Damin juga merupakan tempat Kaisar Zhaozong dilahirkan dan dibesarkan.
Selama perjalanan ini, ratusan pelayan Zhaozong digantikan oleh pengikut Zhu Wen, menggunakan orang-orang dengan ciri serupa.
Ketika Zhaozong mengetahuinya, dia hampir sendirian, di bawah kendali mutlak panglima perang Zhu Wen.