Berjalan Kaki Menapaki Jalur Peziarahan Kuno Camino de Santiago

By Sysilia Tanhati, Minggu, 12 Maret 2023 | 16:00 WIB
Camino de Santiago menjadi rute peziarahan kuno yang populer. Peziarah dari berbagai penjuru dunia menjalani rute ini yang berakhir di Santiago de Compostela.a (Zally/Pexels)

Meski mengarah ke titik akhir yang sama, setiap rute memberikan pengalaman yang sangat berbeda.

Selama berabad-abad, Camino de Santiago menjadi jalur peziarahan yang populer bagi banyak orang. “Mulai dari tunawisma, orang sakit hingga petani, pendeta, dan bangsawan,” ungkap Reese.

Ribuan orang berpartisipasi dalam ziarah ini selama abad pertengahan. Ziarah ini sangat penting secara budaya dan spiritual.

Penginapan atau albergue tersedia di sepanjang jalur peziarahan. (Sysilia Tanhati)

Sebagian peziarah melakukannya dengan berjalan kaki 15-30 km per hari. Ada juga yang bersepeda atau bahkan berjalan dengan menuntun kedelai. Tidak ada aturan baku bagaimana ziarah harus dilakukan, semua memiliki caranya sendiri.

Untuk mencapai desa atau kota, peziarah tinggal mengikuti panah kuning atau simbol kerang yang akan menuntun di sepanjang rute.

Baca Juga: Edmund Hillary, Kutu Buku Jadi Orang Pertama Mencapai Puncak Dunia

Baca Juga: Mas Kawin Engku Putri, Pulau yang Menandai Jejak Pelantun Syair Melayu

Baca Juga: Catatan Visa untuk Pengembara Digital: Dari Indonesia hingga Yunani

Penginapan di sepanjang jalur peziarahan

Terdapat penginapan di sepanjang rute untuk memastikan kesejahteraan fisik dan spiritual peziarah yang melakukan perjalanan jauh. Mereka yang berziarah akan berjalan kaki atau bersepeda selama 10-30 hari untuk mencapai tujuan mereka.

Peziarah akan mulai berjalan di pagi hari untuk mencapai satu kota atau desa siang atau sore harinya. Ini dilakukan setiap hari hingga ia mencapai Santiago de Compostela.