'Kita Mulai Sekarang' Lawan Perubahan Iklim di Dunia Pariwisata

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 14 Maret 2023 | 17:00 WIB
Keindahan kerajaan bawah laut di Tahuna. Wisatawan harus mencegah dampak dari perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Gerakan 'Kita Mulai Sekarang' menjadi seruan dengan menggandeng pemerintah, industri pariwisata, dan pemengaruh. (Deden Iman Wauntara/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id—Dunia pariwisata punya dampak pada kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Contohnya pada 5 Maret 2023 silam, ketika komunitas motor trail menerabas masuk lahan Ranca Upas, Bandung. Lahan yang tadinya dipenuhi rumput hijau dan bunga edelweis yang langka, rusak akibat gilasan motor.

Selain itu, sering kali kita melihat bagaimana objek dan festival wisata justru dipenuhi sampah atau bahkan kebakaran akibat wisatawan yang nakal. Di sisi lain, emisi karbon dihasilkan dari kendaraan pribadi yang dibawa atau disewa wisatawan.

"Motor bukan kendaraan wisata," kata Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam acara The Weekly Brief with Sandi Uno di kantornya, Senin, 13 Maret 2023.

"Untuk rental motor ini, sekali lagi kita harapkan ada kajian yang komprehensif untuk juga menertibkan para penyedia rental, karena ini juga merupakan lahan usaha yang banyak membuka peluang usaha dan lapangan kerja," lanjutnya menegaskan aturan rental motor bagi wisatawan asing.

Oleh karena itu, Kemenparekraf menyatakan gerakan memerangi kerusakan lingkungan dan dampak perubahan iklim di sektor pariwisata. Hal itu bertujuan dalam komitmen pemerintah Indonesia yang tengah berupaya menurunkan emisi karbon, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Paris, tutur Sandiaga.

"Dari sektor pariwisata, kita punya target penurunan emisi karbon sebesar 50 persen pada tahun 2035 dan harus net zero pada 2045," ujarnya. Komitmen ini bahkan sudah menjadi bagian Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Rapernas).

Gerakan yang diluncurkan adalah "Kita Mulai Sekarang" bersama Aliansi Pariwisata Regeneratif Indonesia. Mohammad Bijaksana Junoresano sebagai perwakilan mengatakan bahwa gerakan ini akan menggandeng pemerintah bersama pemangku kepentingan dan pemengaruh untuk melawan perubahan iklim.

Aliansi Pariwisata Regeneratif menilai bahwa untuk membuat pariwisata Indonesia terjaga alamnya, perlu ada keseriusan dari banyak pihak. Pariwisata Indonesia dikenal dengan alamnya yang indah, tetapi tidak terjaga.

"Ada pengamatan kami di Trip Advisor yang menjadi referensi wisata Indonesia yang memberikan hanya satu bintang dari lima bintang dengan kata 'jangan lagi ke sini karena banyak sampah'," tutur Sano. "Hal itu sungguh menyedihkan bagi kami. Karena itulah kami mengajak semua pihak untuk mengubah citra itu.

Maka, lewat gerakan kampanye ini, terang Sano, akan ada banyak seruan untuk perubahan perilaku.

"(Misalnya) kita bikin seruan untuk memungut sampah di tempat wisata," tambahnya. " Tentu yang bisa dilakukan anak muda kalau datang ke tempat wisata sebisa mungkin bukan sekadar tidak membuang sampah, namun juga ikut memungut sampah ketika melihatnya."

"Perubahan perilaku membutuhkan kerja keras. Kami butuh bantuan untuk Mas Menteri untuk mengundang100 influencer. Kami ingin logo ini dipakai inklusif untuk dipakai 100 industri," lanjut Sano.