Tabib Kekaisaran Ottoman Temukan Vaksin Cacar Lebih Dulu dari Eropa

By Galih Pranata, Kamis, 16 Maret 2023 | 10:00 WIB
Seorang tabib dan apoteker menyiapkan obat-obatan untuk mengobati pasien yang menderita cacar dalam ilustrasi ini dari manuskrip Ottoman abad ke-17 (Imgur)

Nationalgeographic.co.id—Pujian dalam sains sering diberikan kepada mereka yang mempopulerkan penemuan, bukan kepada mereka yang menemukan ide dan gagasannya terlebih dahulu.

Sebagaimana bangsa Eropa yang sering dikenal mempopulerkan banyak temuan sains meski belum tentu merekalah yang telah menemukannya lebih dulu. 

Seperti pada tahun 1840, Warren de la Rue menciptakan salah satu bola lampu listrik pertama dalam sejarah manusia saat ia menempatkan kumparan platinum di dalam tabung vakum dan mengalirkan arus listrik melaluinya untuk menghasilkan cahaya.

Namun, mungkin nama Thomas Edison, yang mengerjakan konsep yang sama hampir setengah abad kemudian, terdengar lebih akrab bagi sebagian besar orang. Meski kerangkanya dibuat lebih dulu oleh Warren, Thomas Edison telah menyempurnakannya.

Demikian halnya dengan pencegahan cacar juga, karena Dunia Timur dengan pengetahuan medisnya yang luas pada saat itu, serta dominasi di bidang sains yang berlangsung selama berabad-abad, telah menemukan vaksin cacar ratusan tahun sebelum bangsa Barat maupun Eropa.

"Ketika (bangsa) Eropa menemukan kembali obatnya, itu adalah kemenangan yang diklaim oleh Barat," tulis responden Daily Sabah dalam artikel berjudul How Ottomans inspired smallpox vaccine centuries before Europe terbitan 3 Mei 2021.

Cacar, yang merupakan salah satu epidemi paling mengerikan dalam sejarah manusia, merupakan salah satu penyebab utama dari bencana kematian massal yang pernah terjadi di abad ke-18.

Penyakit demam, parah dan menular yang meninggalkan bekas luka di wajah, ditutupi benjolan berisi nanah, membunuh tiga dari 10 orang yang terinfeksi, menyebabkan masalah kesehatan yang memprihatinkan dan kerusakan kulit yang tidak dapat dihilangkan bekas luka setelahnya.

Pada abad ke-20 saja, cacar diperkirakan telah membunuh 300 juta orang dan 500 juta jiwa selanjutnya dalam 100 tahun terakhir. Itu semua disebabkan oleh keberadaan virus yang mengerikan itu sebelum akhirnya diberantas pada tahun 1979.

Pengidap cacar juga dikenal sebagai "Monster Berbintik" bagi masyarakat Barat. Namun, bagi sebagian pengidapnya di Dunia Timur telah dilakukan sejumlah upaya pengobatan menggunakan metode seperti "variolasi".

Metode ini tampaknya merupakan teknik vaksinasi primitif atau yang paling awal, tetapi sebagian besar dinyatakan berhasil mencegah kematian, tidak seperti yang terjadi di Eropa yang dibiarkan menelan jutaan korban tewas.

Metode inokulasi, yang telah diterapkan selama berabad-abad melawan cacar di Kekaisaran Ottoman, diamati oleh istri duta besar Inggris untuk Istanbul pada tahun 1721. Lady Mary Wortley Montagu, kemudjan menulis surat untuk negaranya.

Ia menjelaskan dengan takjub bahwa ada sesuatu yang disebut vaksinasi terhadap cacar dan telah dikerahkan sejumlah tabib Ottoman di Istanbul. Alhasil, surat itu tercatat sebagai dokumen tertua yang membuktikan produksi vaksin di Kekaisaran Ottoman.

Prosedur "variolasi" oleh para tabib ini melibatkan pemberian keropeng atau cairan cacar bubuk yang diambil dari pustula seseorang yang menderita cacar, dioleskan secara subkutan ke lengan atau kaki orang sehat yang belum terinfeksi, melalui goresan superfisial yang dibuat di kulit.

Jalur sutra menguntungkan namun sarat bahaya. Cacar mengguncang Romawi. Pandemi mematikan melanda kedua kekaisaran, menemukan mangsa yang mudah di kota-kota yang penuh sesak, yang menyebabkan hilangnya sepersepuluh hingga sepertiga populasi. (Wellcome Library, London)

Orang yang diinokulasi kemudian akan mengembangkan pustula yang identik dengan yang disebabkan secara alami pada orang yang menderita cacar, tetapi efek penyakitnya akan berkurang secara signifikan.

Dalam waktu dua sampai empat minggu, gejalanya akan hilang dan pasien akan sembuh, memperoleh kekebalan dalam prosesnya. Menurut beberapa sumber, metode ini diperkenalkan ke Kekaisaran Ottoman oleh para pedagang Sirkasia pada tahun 1670.

Ketika metode yang tersebar luas dan diterapkan banyak tabib kekaisaran, itu dilihat oleh istri duta besar Inggris dan diterapkan pada anak-anaknya sendiri, sehingga Barat memperoleh posisi untuk mempopulerkan vaksinasi cacar.

Baca Juga: Simalakama Kekaisaran Ottoman Menjinakkan Vlad Dracula 'Sang Penyula'

Baca Juga: Mistisisme dan Sufisme di Kekaisaran Ottoman, Mulanya Dianggap Sesat

Baca Juga: Lima Fakta Penting yang Kerap Terlewat tentang Kekaisaran Ottoman

Baca Juga: Cerita Gigi Hitam Elizabeth I & Persekutuan dengan Kekaisaran Ottoman 

Wolfgang Amadeus Mozart mungkin yang paling terkenal di antara banyak anak yang selamat dari cacar di Barat berkat metode ini. Menurut literatur medis modern, vaksin pertama yang dibuat dalam sejarah adalah vaksin cacar, yang menggunakan virus vaccinia, yang diduga merupakan hibrida dari variola (virus cacar) dan virus cacar sapi.

Pada bulan Desember 1979, berkat penelitian dan kampanye bangsa Eropa dan Barat, vaksin sepanjang abad ke-19 dan ke-20, para ilmuwan menyatakan cacar telah berakhir. Nyatanya, kampanye vaksinasi massal begitu sukses sehingga cacar menjadi satu-satunya penyakit yang terhapus total dalam sejarah manusia.

"Dengan kata lain, manusia hampir menghancurkan garis keturunan virus, tidak menyisakan ruang untuk diaktifkan. Dan hari ini, berkat vaksin, penyakit itu tetap diberantas sepenuhnya," terusnya.

Teknik ini juga memungkinkan produksi vaksin yang menyembuhkan, dan terus menyembuhkan banyak penyakit. Faktanya, bangsa Barat telah mengeklaim bahwa merekalah yang berperan besar dalam pemberantasan epidemi cacar sampai ke akarnya.