Nationalgeographic.co.id—Kesultanan Utsmaniyah atau Kekaisaran Ottoman merupakan salah satu fenomenal dalam sejarah. Di masanya, Kekaisaran Ottoman merupakan kerajaan terkuat di antara organisasi politik saat itu.
Selama berabad-abad, kerajaan memang merupakan bentuk dominan dari organisasi politik, tapi dari semua kerajaan di dunia, Kekaisaran Ottoman justru terlupakan. Padahal Kekaisaran Ottoman, selain organisasi politik terkuat di masanya, Utsmani juga telah meninggalkan banyak pengaruh di seluruh dunia.
Georgios Giannakopoulos, Ilmuwan sejarah modern, City University of London, King's College London menulis untuk The Conversation. Menurutnya, setidaknya ada 5 hal yang perlu Anda ketahui tentangnya.
1. Berapa ukurannya dan berapa lama bertahan?
Kekaisaran Ottoman berlangsung hampir 600 tahun, dari awal 1300-an hingga setelah perang dunia pertama.
Kata Ottoman berasal dari versi bahasa Arab Osman, nama penguasa pertamanya. Kekaisaran memiliki awal yang sederhana sebagai kerajaan provinsi di Anatolia (sekarang bagian dari Turki).
Apa yang mengubahnya menjadi kekuatan yang meningkat dan cukup besar dalam politik dunia adalah ekspansi bertahap ke tanah kekaisaran Bizantium atau Romawi timur yang menurun. Proses ini berakhir pada tahun 1453 dengan penaklukan Konstantinopel, ibu kota kekaisaran Bizantium.
Konstantinopel berganti nama menjadi Istanbul dan menjadi pusat kerajaan baru yang sedang bangkit. Pada abad ke-15 kota ini menjadi pusat perdagangan dan inovasi arsitektur yang semarak.
Suatu periode ekspansi yang stabil menyusul dan kekaisaran meluas ke bagian Timur Tengah di sepanjang Laut Merah, Afrika utara, Balkan dan Eropa timur dan sampai ke tembok kota Wina.
2. Berapa besar daya yang dimilikinya?
Puncak kekuasaan kekaisaran adalah pada abad ke-16 dengan pemerintahan Süleyman the Magnificent, salah satu sultan terlama di kekaisaran.
Bukti kekuatan kesultanan adalah fakta bahwa Süleyman memperoleh julukan "megah" di barat. Di dalam kekaisaran Ottoman dia dikenal sebagai "pemberi hukum".
Selama masa pemerintahannya, Kekaisaran Ottoman mengalami periode kebangkitan budaya yang didukung oleh perpaduan unsur-unsur Kristen, Islam, dan Arab.
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR