Nubuat, Kunci para Kaisar Tiongkok dalam Mempertahankan Takhta

By Sysilia Tanhati, Kamis, 16 Maret 2023 | 11:00 WIB
Nubuat jadi kunci penting untuk mengamankan takhta kaisar Tiongkok. Beragam pertanda unik dianggap sebagai legitimasi surga atas penguasa. (Zhenxiong Li)

Nationalgeographic.co.id—Kaisar Tiongkok mempertahankan takhtanya dengan beragam cara. Mulai dari perang, menyingkirkan musuh di istana, hingga mempercayai nubuat atau ramalan. Di Kekaisaran Tiongkok, nubuat menjadi salah satu kunci penting untuk mengamankan kedudukan kaisar. Sebagai Putra Surgawi, kaisar seolah mendapat wahyu dari dewa dan meneruskannya ke rakyat.

Pertanda sebagai legitimasi dari surga atas kekuasaan penguasa Kekaisaran Tiongkok

Dari fenomena langit hingga panen yang sukses, tanda-tanda keberuntungan dari surga adalah suatu keharusan bagi kaisar Tiongkok.

Salah satu cara paling pasti untuk memastikan legitimasi bagi penguasa atau calon penguasa adalah membuat prediksi tentang masa depan. Kaisar sering mencari pengetahuan tentang kejadian di masa depan dari orang bijak, peramal, dan pejabat untuk melegitimasi kekuasaan mereka.

Beberapa terbukti lebih profetik daripada yang lain. Misalnya Ramalan Sebelum Perang ahli oleh strategi militer Zhuge Liang yang ditulis selama periode Tiga Kerajaan (220—280). Ia meramalkan sejumlah peristiwa selama seribu tahun ke depan. Salah satunya adalah seorang raja akan muncul dari timur Sungai Yangtze—Sima Rui mengambil mahkota pada dinasti Jin Timur (317—420). Lalu, bahwa seorang kaisar wanita akan muncul pada dinasti keempat setelah Tiga Kerajaan. Terbukti, Wu Zetian muncul sebagai kaisar wanita.

Ramalan bisa berasal dari berbagai media. Misalnya buku yang konon dikaruniai dewa, daun dengan pesan yang dibuat oleh cacing, atau potongan sutra dengan karakter misterius.

Melihat masa depan dari perut ikan

Setelah kematian Qin Shi Huang, putra kesayangannya Hu Hai naik takhta. Hu dikenal karena kekejamannya dan menghukum mati 900 tentaranya sendiri pada tahun 209 Sebelum Masehi. Itu dilakukan setelah mereka gagal tiba tepat waktu setelah berbaris dari Yangcheng ke Yuyang untuk mempertahankan wilayah.

Dua perwira tentara, Chen Sheng dan Wu Guang, memutuskan bahwa daripada menerima nasib, mereka akan melancarkan pemberontakan. “Menurut Catatan Sejarawan Agung, untuk mendapatkan dukungan, keduanya menyembunyikan ramalan agar ditemukan tentara,” tulis Yang Tingting di laman The World of Chinese.

Mereka menulis di selembar sutra dan isinya, “Chen Sheng akan menjadi Raja.” Sutra itu dimasukkan ke dalam perut ikan. Mereka membiarkan ikan itu ditemukan oleh salah satu prajurit mereka.

Pada saat yang sama, Wu bersembunyi di kuil terdekat dan meratap, “Kerajaan Chu akan berkembang dan Chen Sheng akan naik takhta.” Takut dan yakin, para prajurit dengan cepat mengangkat senjata untuk membela Chen dan Wu.

Maka, Chen dengan cepat menyatakan dirinya sebagai pangeran dari bekas kerajaan Chu. Kerajaan Chu telah dihancurkan oleh Qin selama periode Negara Berperang. Hanya dalam beberapa bulan, pasukan mereka bertambah menjadi puluhan ribu orang. Mereka mendatangkan malapetaka di Kekaisaran Tiongkok di masa Dinasti Qin.