Nationalgeographic.co.id—Sebuah penelitian terbaru mengungkap faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada tingginya angka kematian atau mortalitas terkait COVID-19 di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Studi ini mengkaji variasi geografis kematian akibat COVID-19 dan hubungannya dengan karakteristik kesehatan penduduk, kapasitas layanan kesehatan dalam merespons pandemi, dan karakteristik sosial ekonomi di 514 kabupaten/kota di Indonesia.
Para peneliti dalam studi ini memakai data agregat kasus dan kematian COVID-19 dari seluruh 514 kabupaten/kota di Indonesia, yang tercatat dalam database Gugus Tugas COVID-19 Nasional, selama dua tahun pertama epidemi, dari 1 Maret 2020 hingga 27 Februari 2022.
Variabel dependen dalam studi ini adalah angka kematian COVID-19 tingkat kabupaten per 100.000 penduduk. Adapun variabel independen meliputi tingkat kejadian COVID-19 tingkat kabupaten, kesehatan penduduk, kapasitas layanan kesehatan, dan data sosio-demografis dari sumber resmi pemerintah.
"Kami menggunakan regresi logistik ordinal multivariabel untuk menguji faktor-faktor yang terkait dengan tingkat kematian yang lebih tinggi," tulis para peneliti dalam makalah laporan studi mereka yang terbit di jurnal BMC Public Health.
Makalah studi mereka telah terbit di sana dengan judul "Geographical variations and district-level factors associated with COVID-19 mortality in Indonesia: a nationwide ecological study". Versi Indonesianya adalah "Variasi Geografis dan Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kematian COVID-19 di Tingkat Kabupaten/Kota di Indonesia".
"Dari total 5.539.333 kasus COVID-19 yang dilaporkan, 148.034 (2,7%) meninggal, dan 5.391.299 (97,4%) sembuh," tulis para peneliti.
Angka kematian terkait COVID-19 di tingkat kabupaten/kota di Indonesia berkisar antara 0 hingga 284 kematian per 100.000 penduduk. Lima kabupaten teratas dengan angka kematian tertinggi adalah Balikpapan (284 kematian per 100.000 penduduk), Semarang (263), Madiun (254), Magelang (250), dan Yogyakarta (247).
Penelitian ini dikerjakan oleh Monash University Indonesia yang berkolaborasi dengan Oxford University Clinical Research Unit Indonesia, Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), UNDP, dan USAID Indonesia.
Hasil penelitian ini menyatakan perlu adanya sistem alokasi sumber daya kesehatan dan distribusi kebutuhan pelayanan kesehatan esensial untuk komunitas yang rentan terhadap COVID-19 dan penyakit menular lainnya di Indonesia.
Baca Juga: Seberapa Cepat Kekebalan COVID-19 pada Penerima Vaksin Memudar?
Baca Juga: Inilah Cara Mengatasi Brain Fog atau Kabut Otak Pasca COVID-19
Baca Juga: Rekor Terlama, Seorang Pasien Terinfeksi COVID-19 hingga 1,5 Tahun
Dari studi ini ditemukan bahwa tingginya tingkat kematian terkait COVID-19 pada setiap kabupaten/kota di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor pertama adalah laju penularan COVID-19 yang lebih tinggi. Faktor kedua adalag persentase populasi berusia ≥ 60 tahun yang lebih banyak. Kemudian faktor ketiga adalah prevalensi diabetes mellitus yang lebih tinggi.
Faktor berikutnya adalag prevalensi obesitas sentral yang lebih rendah serta jumlah perawat dan bidan per populasi yang lebih rendah. Lalu faktor kelima seklaigus terakhir adalah pengeluaran per kapita yang lebih tinggi.
Henry Surendra, Associate Professor Monash University Indonesia yang merupakan ketua tim peneliti dalam studi ini menegaskan bahwa temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kerentanan terhadap kematian yang terkait COVID-19 tidak hanya mencakup orang lanjut usia dan pasien yang memiliki komorbid.
Studi ini menyoroti bahwa komunitas yang tinggal di daerah dengan kejadian COVID-19 yang lebih tinggi, dengan kapasitas pelayanan kesehatan yang lebih rendah, juga sangat rentan kelilangan nyawa akibat COVId-19.
Hal ini berarti perlu adanya sistem alokasi sumber daya kesehatan dan distribusi kebutuhan pelayanan kesehatan esensial untuk komunitas yang paling rentan terhadap COVID-19 di Indonesia.
“Sistem alokasi sumber daya kesehatan yang baik serta distribusi kebutuhan pelayanan kesehatan esensial yang merata untuk komunitas yang paling rentan terhadap COVID-19 sangatlah dibutuhkan. Khususnya di negara dengan sistem kesehatan terdesentralisasi seperti Indonesia," tegas Hery, seperti dalam keterengan tertulis Monash University Indonesia.
"Kami berharap hasil studi kami ini dapat menjadi referensi serta masukan bagi pengambil kebijakan terkait pandemi dan potensi ancaman penyakit menular lain di waktu yang akan datang.” tambahnya.
Lebih lanjut, tingkat kematian terkait COVID-19 sangat bervariasi antar kabupaten/kota di Indonesia. Angka kematian cenderung lebih tinggi di kabupaten/kota yang terletak di provinsi-provinsi yang lebih maju seperti di Pulau Jawa dan Kalimantan.
Hal ini kemungkinan besar dikarenakan beberapa provinsi di Pulau Jawa dan Kalimantan sempat menjadi episentrum dari penularan COVID-19 pada saat awal pandemi.
Para peneliti menyatakan bahwa memastikan pemerataan fasilitas dan layanan kesehatan, terutama untuk populasi rentan di wilayah kurang berkembang dengan sistem kesehatan yang buruk, sangat penting untuk menghadapi ancaman kesehatan global saat ini dan di masa mendatang.
"Studi ini mengungkapkan perlunya pengendalian COVID-19 dan komorbiditas yang diketahui, penguatan kapasitas kesehatan, dan alokasi sumber daya yang lebih baik untuk memastikan hasil kesehatan yang optimal bagi populasi rentan," tulis tim peneliti dalam bagian kesimpulan makalah mereka.