Tari Darwis, Seni Indah para Sufi yang Populer di Kekaisaran Ottoman

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 17 Maret 2023 | 14:00 WIB
Seni tari darwis yang indah ditampilkan di Konya, Turki. Kesenian ini adalah wujud ajaran spiritualitas Jalaluddin Rumi. (SVKLIMKIN/UNSPLASH )

Nationalgeographic.co.id—Turki punya tradisi unik dalam spiritualitas untuk mendekatkan diri kepada Sang Ilahi. Yang paling menarik adalah seni tari darwis yang berputar. Kesenian dan gerakan spiritualitas ini tidak hanya populer di Turki hari ini, tetapi juga semasa Kekaisaran Ottoman.

Atraksi seni tari darwis menjadi daya tarik wisatawan di Turki, dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO tahun 2008. Tarian ini sering dipraktikkan oleh kalangan Tarekat Maulawiyah hari ini.

Meski populer semasa Kekaisaran Ottoman, seni ini sudah ada sebelumnya. Sufi dan penyair Jalaluddin Rumi semasa Kesultanan Rum mempopulerkannya. Rumi sebenarnya bukan orang Turki. Dia lahir tahun 1207 di Balkh, daerah yang sekarang berada di Afganistan.

Rumi bersama keluarganya pindah ke Konya, Turki, karena invasi Mongol di tahun 1215—1220 ke Asia Tengah. Tahun 1244, dia berkenalan dengan penyair Persia bernama Syamsuddin at-Tabrizi sebagai gurunya. Dari sinilah Rumi mengenal musik, sastra, dan tarian sebagai cara mistik untuk berhubungan dengan Tuhan.

Eva Syarifah Wardah dan Siti Rohayati, peneliti dari UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten dalam makalah di jurnal Tsaqofah tahun 2020, menjelaskan bahwa tarian darwis ini baru ada ketika at-Tabrizi meninggal dunia. Sebagai bentuk kesedihan, Rumi mulai berputar sehingga membentuk tarian.

"Dari tarian Maulawiyah, Jalaluddin Rumi kemudian menemukan tujuan hidup yang hakiki, yaitu mencari Tuhan. Sejak saat itulah Jalaluddin Rumi mulai berputar," tulis Eva dan Siti.

Tarian ini sering ia lakukan ketika hendak mengingat Tuhan atau sedang mengalami kesedihan. Tarian ini kemudian diajarkan kepada sahabat dan murid-muridnya di Konya, seiring dengan penyebarluasan pemahaman sufistik Rumi.

Musik, menurut Rumi "adalah makanan rohani seperti zikir yang di dalamnya manusia berputar mengitari pusat gaya berat rohani, yaitu Tuhan," terang Eva dan Siti."Dengan mendengarkan musik, mereka merasakan adanya kekuatan besar yang terkumpul dan terbentuk dalam imajinasi."

Ketertarikan Rumi pada musik membuat ajarannya tidak terpisahkan dengan seni suara. Tarian darwis kemudian menjadi ciri khas dasar murid-muridnya. Tarian baru bisa terlaksana bila ada musik yang mengiringinya, dan berhenti ketika musisi dan penyanyi menghentikan iringannya.

Musik adalah simbol ketuhanan yang sedang menari, dan putaran tubuh adalah tiruan alam raya seperti planet yang terus mengorbit.

Sementara posisi tangan pada tarian, secara simbolik, menunjukkan posisi di mana hidayah Tuhan diterima di tangan kanan yang terbuka ke atas. Kemudian tangan kiri adalah penyebar hidayah untuk semua makhluk yang ada di Alam Semesta.

Dengan seni tari darwis, penari harus mendekatkan dirinya untuk dekat dengan Tuhan, bahkan menyatu dengan-Nya. Tarian mereka mengintepretasikan alam semesta dan hidayah Tuhan. ( Wenchao Wang/500px)