Nationalgeographic.co.id - Bagi orang Eropa di abad ke-13, sulit untuk memercayai perjalanan Marco Polo bersama ayah dan pamannya ke Kekaisaran Tiongkok. The Travels of Marco Polo menjadi kisah petualangan yang kontroversial. Ada yang menyangkal kebenaran cerita Marco, tetapi ada juga yang terinspirasi seperti Christopher Columbus.
Berdasarkan catatannya, Marco Polo berangkat dari Venesia bersama ayah dan pamannya yang pedagang pada usia 17 tahun. Perjalanan yang dimulai sejak 1271 itu melewati banyak negeri seperti Turki, Iran, Afganistan, Pakistan, Asia Tengah, dan akhirnya tiba di Kekaisaran Tiongkok dengan mengikuti Jalur Sutra.
Kekaisaran Tiongkok saat itu di bawah pengaruh Dinasti Yuan, bagian dari Kekaisaran Mongol. Kubilai Khan sebagai kaisar tertinggi. Informasi tentang negeri yang belum pernah dikunjungi orang Eropa ini pun dicatat begitu rinci dalam cerita perjalanan Marco Polo.
Menurut pengakuannya sendiri, ia disanjung Kubilai Khan di Kekaisaran Tiongkok, dan berperan di pemerintahannya. Dia menyusuri tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi orang Eropa seperti Mongolia, menyisiri Laut Natuna Utara, Malaysia, Sumatra, India, dan menuju Persia.
Keluarga Polo begitu lama di Kekaisaran Tiongkok, sampai akhirnya baru mendapatkan restu pulang ke Venesia di tahun 1295. Usia Marco Polo sudah menginjak 41 tahun saat itu.
Setibanya di Venesia, ia nyaris tidak fasih bahasa ibunya karena berpengalaman menggunakan bahasa asing. Dia juga mengeklaim bahwa dirinya bisa berbahasa Mongol untuk berbicara dengan Kubilai Khan.
Rasanya sulit dipercaya pengalaman Marco Polo ini. Apa lagi, dia bercerita dalam perjalanannya pernah melihat unicorn—kuda bertanduk. Siapa yang percaya bahwa dia jalan-jalan ke dunia fantasi? Banyak sejarawan yang menduga bahwa unicorn yang dilihat Marco Polo, adalah badak bercula satu saat kunjungannya ke Asia Tenggara.
The Travels of Marco Polo ditulis oleh Rustichello dari Pisa, teman satu sel Marco Polo. Dugaan masyarakat Eropa beberapa tahun berikutnya, Marco Polo hanyalah fiksi yang dibuat-buat Rustichello.
"Bahkan ketika ceritanya tidak luar biasa, sumbernya sering kali kabur," terang jurnalis sejarah Antonio Ratti di National Geographic. Gaya catatan Marco Polo dinilai terlalu bertele-tele dan banyak dengan kata "konon", menurut banyak ahli. Dia menyebutkan beberapa tempat yang ternyata tidak pernah dikunjunginya.
Meski demikian, beberapa tempat, baik yang pernah maupun tidak pernah dikunjunginya, benar-benar ada. Misalnya seperti Cipangu yang disebut sebagai sitana yang mewah, berlantai emas. Tempat itu benar-benar ada, tetapi itu di Jepang. Marco Polo tidak pernah ke sana.
Tempat yang pernah disambanginya dan itu benar-benar ada seperti Hormuz, Balkh, Kashgar, dan tempat yang salah dengar seperti Angaman. Banyak ahli berpendapat yang dimaksud adalah Kepulauan Andaman di India, dekat Myanmar. Namun, Marco Polo dalam catatannya menyebut orang-orang di sana punya kepala seperti anjing.