Marco Polo: Buram Kebenaran Perjalanannya ke Kekaisaran Tiongkok

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 21 Maret 2023 | 11:00 WIB
Potret Marco Polo dalam sebuah mosaik di Villa Hanbury, Ventimiglia, Italia. Perjalanannya menuju Kekaisaran Tiongkok meragukan. (Lotho2/Wikimedia Commons)

Wood dan Satya lebih berpendapat bahwa Marco Polo hanya mengandalkan catatan atau cerita orang Persia tentang dunia Timur Jauh. Wood menambahkan, keluarga Polo punya keakraban dengan Timur Dekat, yang kemungkinan menjadi bahan bagi Marco untuk catatannya. Keluarga Polo diperkirakan tidak pernah berpergian ke luar pos-pos di Laut Hitam dan Konstantinopel.

Hal kecil yang dilewatkan Marco Polo

Selain itu masih ada banyak keraguan dengan catatan Marco Polo. Salah satunya, Marco yang memperkenalkan senjata militer seperti mangonel (pelempar batu besar) dan trebuchet (pelempar batu raksasa untuk meruntuhkan tembok) untuk invasi Mongol ke Xiangyang. Catatan itu meragukan karena invasi Xiangyang berlangsung sebelum kedatangannya.

Ada pula tentang uang kertas. Kekaisaran Tiongkok mengenal uang kertas sejak Dinasti Song (960–1279), dan diterapkan pula oleh Dinasti Yuan. Marco yang menghabiskan waktu sangat lama di Tiongkok tidak punya kemampuan dalam penulisan Tiongkok atau Mongolia.

Baca Juga: Pemberontakan Serban Merah: Akhir Kekaisaran Tiongkok Era Dinasti Yuan

Baca Juga: Menelisik Kebenaran Perjalanan Marco Polo ke Kekaisaran Tiongkok

Baca Juga: Kisah Marco Polo Lintasi Jalur Sutra Menuju Kekaisaran Tiongkok

Baca Juga: Menguak Keunikan India Kuno Lewat Catatan Perjalanan Marco Polo

"Sebagian besar dokumen resmi, surat dalam negeri, dan buku ditulis di atas kertas. Agak membingungkan bahwa Polo tidak menunjukkan minat baik pada sistem penulisan Tiongkok atau Mongolia meskipun ia mengaku pernah bertugas di birokrasi kekaisaran," ujar Satya.

Yang tidak kalah meragukan bagi Wood adalah pengalaman Marco Polo pernah ke Fujian. Di Fujian, penggunaan cetakan balok kayu populer untuk kertas dan porselen, tetapi belum dikenal oleh orang Eropa. Akan tetapi, informasi pencetakan seperti ini tidak hadir dalam catatan Marco Polo.

"Akan sulit bagi orang asing mana pun untuk tinggal di Fujian tanpa memperhatikan buku cetak dan porselen yang begitu banyak dijual di pasar lokalnya," tulis Satya.