Paus Biru dapat Membantu Mengatasi Perubahan Iklim, Bagaimana Caranya?

By Ricky Jenihansen, Rabu, 22 Maret 2023 | 08:00 WIB
Paus dapat menyerap jutaan ton karbon dan membantu mitigasi perubahan iklim. (Shutterstock)

Itu dikenal sebagai paradoks krill, ini adalah hasil dari semua kotoran paus ekstra yang berfungsi sebagai suplai makanan, meningkatkan jumlah krustasea kecil itu.

Paus berpotensi memengaruhi dinamika nutrisi dan siklus karbon pada skala cekungan samudra. (Alex Boersma/Pearson et al.)

Kawanan krill juga berperan dalam pompa karbon biologis dengan endapan kotorannya sendiri yang mengirimkan karbon ke kedalaman laut.

Sebelum perburuan paus industri secara drastis mengurangi biomassa paus besar sekitar 80 persen, paus melakukan sebagian besar pemupukan laut alami ini.

Beberapa perkiraan menunjukkan bahwa sebelum populasinya musnah, paus sperma di Samudera Selatan membantu menghilangkan hampir 2 juta ton karbon dioksida per tahun.

Mamalia raksasa ini juga mendaur ulang karbon dengan cara lain yang lebih dramatis, dengan tenggelam ke dasar lautan setelah kematiannya. Di sini, biomassa mereka menjadi makanan bagi seluruh hewan lain, menyerap karbon jauh di bawah air.

Baca Juga: Dunia Hewan: Paus Biru 'Menari dengan Angin' untuk Mencari Makanan

 Baca Juga: Pembantaian Paus Sirip yang Terancam Punah demi Tujuan Komersial

 Baca Juga: Dunia Hewan: Seberapa Besar Tubuh Paus Biru? Mengapa Sedemikian Besar?

 Baca Juga: Untuk Pertama Kalinya, Paus Pembunuh Terlihat Membunuh Paus Biru

“Mengingat paus balin memiliki beberapa migrasi terpanjang di planet ini, mereka berpotensi memengaruhi dinamika nutrisi dan siklus karbon pada skala cekungan samudra,” tulis Pearson dan tim.

Sebelum perburuan paus industri, paus biru mengangkut sekitar 140 kiloton karbon per tahun di Belahan Bumi Selatan, memacu aktivitas biologis di tempat berkembang biak mereka yang rendah nutrisi.

Tapi, masih banyak yang tidak diketahui, catatan ulasan, termasuk ketidakpastian tentang berapa banyak karbon dioksida yang dihembuskan paus ke atmosfer.

Terlebih lagi, sebagian besar perkiraan dampaknya hingga saat ini belum memasukkan semua spesies paus besar.

Jadi Pearson dan rekan mendesak penelitian lebih lanjut untuk mengisi celah tersebut dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang cara memasukkan paus dalam upaya mitigasi perubahan iklim.