Zhuge Liang, Ahli Strategi dari Periode Tiga Kerajaan di Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Kamis, 23 Maret 2023 | 10:00 WIB
Zhuge Liang ialah ahli strategi hebat dari periode Tiga Kerajaan di Kekaisaran Tiongkok. Nama besarnya identik dengan kebijaksanaan. (Chester Beatty Library)

Nationalgeographic.co.id—Periode Tiga Kerajaan (Three Kingdoms) adalah salah satu era paling penting dalam sejarah Tiongkok. Di masa itu, banyak tokoh-tokoh penting dalam sejarah Tiongkok. Salah satunya adalah Zhuge Liang, ahli strategi hebat dari periode Tiga Kerajaan di Kekaisaran Tiongkok

Ia adalah salah satu penguasa kunci di kerajaan Shu Han yang didirikan oleh Liu Bei ketika Dinasti Han Timur jatuh pada tahun 220. Kerap dikaitkan dengan kekuatan supranatural, Zhuge Liang menjadi tokoh favorit dalam banyak drama dan cerita Tiongkok.

Masa muda Zhuge Liang

Ia lahir di masa yang penuh gejolak pada tahun 181 di Provinsi Shandong. Saat itu, pemberontakan besar-besaran dari pasukan Serban Kuning dan pasukan Lima Gantang Beras menghancurkan kekaisaran. Kemudian, saat berusia 14 tahun, Cao Cao menginvasi Shandong. Keluarganya terpaksa mengungsi.

“Ini adalah masa bencana alam, konflik regional, dan krisis politik,” tulis Fercility Jiang di laman China Highlights. Sering terjadi pembunuhan dan konflik terbuka antara kelompok-kelompok penguasa yang bersaing di istana dinasti.

Di Hubei, Zhuge Liang bertani di siang hari dan belajar pada malam hari. Konon ia menjalin persahabatan dengan orang-orang terpelajar setempat.

Penguasa dan ahli strategi

Pada tahun 207, dia bertemu Liu Bei. Basis kekuasaan Liu Bei berada di wilayah barat daya sekitar Sichuan. Mereka diancam oleh Cao Cao yang menguasai wilayah yang luas di utara Sungai Yangtze.

Legenda menyatakan bahwa Liu Bei mendengar tentang kebijaksanaan agung Zhuge Liang. Ia pun mendatangi Zhuge Liang sampai tiga kali ke tempat peristirahatan hutan belantara. “Liu Bei meminta Zhue Liang untuk menjadi penasihatnya,” tulis J.E. Luebering di Britannica.

Liu Bei dan Zhuge Liang merencanakan aliansi antara Liu Bei dan seorang penguasa bernama Sun Quan. Berkat aliansi ini, di Pertempuran Tebing Merah tahun 208, Liu Bei dan Sun Quan mengalahkan pasukan Cao Cao.

Karena kemenangan ini, kedua wilayah selatan menjadi kerajaan saat Dinasti Han Timur berakhir. Pada tahun 220, kekaisaran terbagi antara tiga pemimpin daerah yang bersaing. Cao Cao menguasai wilayah utara Sungai Yangtze; Liu Bei  menguasai daerah pedalaman termasuk Sichuan di barat daya; dan Sun Quan menguasai tenggara.

Diketahui bahwa Zhuge Liang membantu Liu Bei mengatur pasukan besar dan mendirikan sebuah dinasti. Liu Bei sangat terkesan dengan kebijaksanaan Zhuge Liang. Dia memiliki tanggung jawab untuk merencanakan strategi di era berbahaya atas nama Liu Bei dan putranya.