Nationalgeographic.co.id—Periode Tiga Kerajaan (Three Kingdoms) adalah salah satu era paling penting dalam sejarah Tiongkok. Di masa itu, banyak tokoh-tokoh penting dalam sejarah Tiongkok. Salah satunya adalah Zhuge Liang, ahli strategi hebat dari periode Tiga Kerajaan di Kekaisaran Tiongkok
Ia adalah salah satu penguasa kunci di kerajaan Shu Han yang didirikan oleh Liu Bei ketika Dinasti Han Timur jatuh pada tahun 220. Kerap dikaitkan dengan kekuatan supranatural, Zhuge Liang menjadi tokoh favorit dalam banyak drama dan cerita Tiongkok.
Masa muda Zhuge Liang
Ia lahir di masa yang penuh gejolak pada tahun 181 di Provinsi Shandong. Saat itu, pemberontakan besar-besaran dari pasukan Serban Kuning dan pasukan Lima Gantang Beras menghancurkan kekaisaran. Kemudian, saat berusia 14 tahun, Cao Cao menginvasi Shandong. Keluarganya terpaksa mengungsi.
“Ini adalah masa bencana alam, konflik regional, dan krisis politik,” tulis Fercility Jiang di laman China Highlights. Sering terjadi pembunuhan dan konflik terbuka antara kelompok-kelompok penguasa yang bersaing di istana dinasti.
Di Hubei, Zhuge Liang bertani di siang hari dan belajar pada malam hari. Konon ia menjalin persahabatan dengan orang-orang terpelajar setempat.
Penguasa dan ahli strategi
Pada tahun 207, dia bertemu Liu Bei. Basis kekuasaan Liu Bei berada di wilayah barat daya sekitar Sichuan. Mereka diancam oleh Cao Cao yang menguasai wilayah yang luas di utara Sungai Yangtze.
Legenda menyatakan bahwa Liu Bei mendengar tentang kebijaksanaan agung Zhuge Liang. Ia pun mendatangi Zhuge Liang sampai tiga kali ke tempat peristirahatan hutan belantara. “Liu Bei meminta Zhue Liang untuk menjadi penasihatnya,” tulis J.E. Luebering di Britannica.
Liu Bei dan Zhuge Liang merencanakan aliansi antara Liu Bei dan seorang penguasa bernama Sun Quan. Berkat aliansi ini, di Pertempuran Tebing Merah tahun 208, Liu Bei dan Sun Quan mengalahkan pasukan Cao Cao.
Karena kemenangan ini, kedua wilayah selatan menjadi kerajaan saat Dinasti Han Timur berakhir. Pada tahun 220, kekaisaran terbagi antara tiga pemimpin daerah yang bersaing. Cao Cao menguasai wilayah utara Sungai Yangtze; Liu Bei menguasai daerah pedalaman termasuk Sichuan di barat daya; dan Sun Quan menguasai tenggara.
Diketahui bahwa Zhuge Liang membantu Liu Bei mengatur pasukan besar dan mendirikan sebuah dinasti. Liu Bei sangat terkesan dengan kebijaksanaan Zhuge Liang. Dia memiliki tanggung jawab untuk merencanakan strategi di era berbahaya atas nama Liu Bei dan putranya.
Bahkan menjelang kematian, Liu Bei mendesak putranya untuk bergantung pada nasihat Zhuge Liang. Ia pun mendesak Zhuge Liang untuk mengambil alih takhta jika sang pangeran tidak bisa memimpin.
Seorang jenius mekanik dan matematika, ia menciptakan busur untuk menembakkan beberapa anak panah sekaligus. Sebagai ahli strategi, Zhuge Liang juga menyempurnakan Delapan Disposisi, serangkaian taktik militer.
Dalam Sanguozhi yanyi (Romance of the Three Kingdoms), novel sejarah besar abad ke-14, Zhuge Liang adalah salah satu tokoh utamanya. Di novel itu, ia digambarkan mampu mengendalikan angin dan meramal masa depan.
Saat Dinasti Han hancur, dia merencanakan strategi untuk menjadikan Shu Han. Berkat kepiawaiannya, kerajaan itu bertahan selama 43 tahun melawan musuh yang lebih kuat.
Warisan sang ahli strategi
Nama besar Zhuge Liang identik dengan kebijaksanaan. Dia diyakini sebagai penemu mantou (roti kukus), ranjau darat, dan alat transportasi mekanik misterius yang efisien.
Baca Juga: Raja Tang, Sang Pendiri Dinasti Tang Berhasil Gulingkan Dinasti Xia
Baca Juga: Kisah Heroik Guo Ziyi, Jenderal yang Menyelamatkan Dinasti Tang
Baca Juga: Wan Zhener, Harem Paling Berkuasa di Dinasti Ming Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Bebek Peking, Sajian Favorit Kaisar Tiongkok yang Jadi Simbol Nasional
Ia disebut-sebut sebagai penemu panah Zhuge, jenis panah otomatis semi-otomatis. Meski panah ini sebenarnya merupakan versi perbaikan dari model yang pertama kali muncul selama Periode Negara Berperang. Versi Zhuge dapat menembak lebih jauh dan lebih cepat.
Zhuge Liang juga merupakan subjek dari banyak karya sastra Tiongkok. Sebuah puisi oleh Du Fu, salah satu penyair paling produktif dari Dinasti Tang, ditulis untuk mengenang Zhuge Liang. Du Fu memuji dedikasinya yang tak tergoyahkan untuk perjuangannya melawan rintangan yang luar biasa.
Beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa Zhuge Liang meninggal karena sakit saat memimpin kampanye militer pada 234.