Dunia Hewan: Mitos Kucing Rubah Terungkap, Akan Dijadikan Spesies Baru

By Ricky Jenihansen, Minggu, 26 Maret 2023 | 16:00 WIB
Kucing rubah berbeda dengan kucing Eropa lainnya dan akan dijadikan subspesies baru. (Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Penelitian genetika baru dari para ilmuwan Prancis telah mengungkap mitos "kucing rubah" legendaris. Mereka menunjukkan asal usul kehidupan dari kucing liar yang pernah menjadi mitos tersebut.

Selama beberapa generasi, penggembala lokal di pulau Mediterania Corsica telah berbagi cerita tentang "ghjattu volpe", atau "kucing rubah", yang menyerang domba dan kambing, AFP melaporkan pada tahun 2019.

Para ilmuwan pertama kali mendokumentasikan keberadaan mereka pada tahun 1929 dan mungkin segera dapat mendeklarasikan mereka sebagai subspesies baru setelah hampir 100 tahun berkat penelitian genetika baru ini.

Kucing liar Corsica mendapat julukan "kucing rubah" karena warna seperti rubah dan ekornya yang besar. Terlepas dari nama panggilan mereka. Hewan ini bukanlah hibrida kucing rubah, mereka pasti semua kucing.

Kucing liar Corsika termasuk dalam genus Felis bersama kucing liar dan kucing domestik lainnya, tetapi para peneliti sedang mempelajari genetika mereka untuk mengetahui penempatan yang tepat dalam kelompok tersebut.

Beberapa media telah menyarankan bahwa kucing liar Corsica adalah spesies baru, Live Science melaporkan bahwa ini adalah kemungkinan pada tahun 2019, tetapi itu tidak sepenuhnya benar.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Ecology baru-baru ini telah menemukan bahwa kucing liar Corsica mungkin merupakan subspesies, atau kelompok berbeda dalam spesies Felis yang diketahui.

Subspesies rubah kucing yang dibius di Corsica. (Getty Images)

Jurnal tersebut telah dipublikasikan secara daring dengan judul "Population genomics of Corsican wildcats: Paving the way toward a new subspecies within the Felis silvestris spp. complex?"

"Kami memiliki bukti bahwa kucing kecil ini memiliki identitas genetiknya sendiri," kata rekan penulis studi Sébastien Devillard, asisten profesor ekologi evolusioner di Claude Bernard Lyon 1 University di Prancis, kepada Live Science.

"Ini adalah langkah pertama untuk diakui sebagai sub spesies baru."

Kantor Prancis untuk Keanekaragaman Hayati, yang terlibat dalam studi jangka panjang, menerbitkan pernyataan tentang temuan tersebut.