Teknologi Penambangan Baru Ramah Lingkungan dengan Menggunakan CO2

By Ricky Jenihansen, Minggu, 2 April 2023 | 10:00 WIB
Ilmuwan tengah mengembangkan teknologi penambangan yang ramah lingkungan dan rendah emisi. (Evgeny_V/Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id—Tim ilmuwan di Biro Geologi Ekonomi di The University of Texas di Austin mengumumkan telah mengembangkan teknologi baru yang lebih ramah lingkungan. Teknologi baru tersebut menggunakan CO2 (Karbon Dioksida) untuk dapat mengakses mineral penting.

Menurut para peneliti, teknologi tersebut bertujuan untuk mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengakses mineral penting yang vital bagi teknologi energi modern. Proses tersebut biasanya dapat menghasilkan gas rumah kaca yang signifikan.

Mengalihkan energi dunia ke teknologi dan sumber dengan emisi rendah karbon akan membutuhkan sebagian besar lithium, nikel, kobalt, dan mineral penting lainnya yang ada dalam konsentrasi rendah di kerak bumi.

Menambang unsur-unsur tersebut membutuhkan banyak energi dan menghasilkan limbah, yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan dan menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah yang signifikan seperti karbon dioksida.

Karbon dioksida yang merupakan produk sampingan dari penambangan itu pada akhirnya berkontribusi pada perubahan iklim dan pemanasan global.

Penelitian ini dapat mengubah emisi tersebut menjadi alat dengan menggunakan CO2 untuk melemahkan batuan yang mengandung mineral kritis, mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan untuk penambangan.

Mineral kritis seperti litium, nikel, kobalt adalah kunci transisi energi. (University of Texas)

Tujuan utamanya adalah untuk secara signifikan mengurangi emisi yang dihasilkan selama penambangan dengan menyimpannya dengan aman di bebatuan, dan bahkan berpotensi membuat penambangan menjadi negatif karbon.

Penyimpanan CO2 ini dimungkinkan karena cara batuan ultrabasa, yang biasanya mengandung mineral penting, bereaksi dengan karbon.

CO2 bereaksi secara kimiawi dengan batuan untuk merusak strukturnya secara mekanis, membuat mineral lebih mudah dan lebih sedikit energi untuk ditambang.

Reaksi itu juga sebagian mengubah batu menjadi batu kapur, memasukkan karbon dioksida ke dalam struktur mineral dan menyimpannya secara permanen.

“Proses penambangan menghasilkan banyak CO2 sebagai produk sampingan,” kata Estibalitz Ukar, ilmuwan riset di Biro Ekonomi Geologi di UT Jackson School of Geosciences.