Nationalgeographic.co.id—Ilmuwan PBB mulai memperingatkan bahwa dunia harus segera bertindak untuk meredakan "bom waktu iklim" yang sedang mengancam. Jika tidak, perubahan iklim akan melepaskan dampak lingkungan dan menyebabkan bencana.
Laporan akhir Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB menyatakan bahwa tindakan drastis harus segera diambil sebelum terlambat.
Dalam laporan akhir ini, para ilmuwan menegaskan bahwa tindakan "membuang karbon dioksida secara cepat, dalam dan segera" harus dilakukan untuk menurunkan emisi global karbon dioksida pada 2025 dan memotongnya menjadi setengah pada 2030.
Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang merupakan penyebab utama perubahan iklim yang disebabkan manusia.
"Kebijakan pemotongan karbon dioksida ini harus dilakukan secara global dan melibatkan semua industri jika perubahan suhu ingin tetap pada atau di bawah ambang batas yang berbahaya, yaitu 2,7 derajat Fahrenheit (1,5 derajat Celsius) di atas suhu pra-industri," kata IPCC.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa melebihi ambang batas 1,5 derajat Celsius ini sangat meningkatkan risiko terjadinya titik-titik kritis yang dapat melepaskan perubahan iklim yang tidak dapat dibalik.
Seperti runtuhnya sebagian besar lapisan es Greenland dan Antartika Barat, gelombang panas ekstrem, kekeringan parah, tekanan air, dan cuaca ekstrem di seluruh dunia.
Laporan sintesis ini menawarkan pandangan terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan apa yang dapat dilakukan manusia untuk menghentikannya.
Mereka mengatakan bahwa bahkan jika semua kebijakan pemotongan karbon yang sebelumnya dijanjikan oleh pemerintah telah sepenuhnya diimplementasikan pada 2020, dunia masih akan menghangat sebesar 5,8 F (3,2 C) pada tahun 2100.
Untuk mencegah lonjakan suhu yang ekstrem, diperlukan pemotongan emisi karbon global yang signifikan dan investasi modal untuk mendorong transisi ke solusi energi hijau.
"Bom waktu iklim sedang berdetak. Tapi laporan IPCC hari ini adalah panduan cara untuk menjinakkan bom waktu iklim. Ini adalah panduan kelangsungan hidup umat manusia," kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dalam sebuah berita konferensi baru-baru ini.
Source | : | Live Science,UN Environment Programme |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR