Nationalgeographic.co.id—Sebagai kaisar kedelapan dari Dinasti Song, Hui Zong (Zhao Ji) merupakan politikus cakap. Ia mengambil alih Kekaisaran Tiongkok yang makmur dan stabil saat itu. Namun alih-alih menjadi kaisar Tiongkok yang hebat, ia adalah pemimpin pengecut dan egois yang akhirnya menjatuhkan dinastinya. Bukan kemakmuran, ia justru membawa sejumlah bencana dan kerugian bagi rakyat Kekaisaran Tiongkok.
Pangeran ceria yang mendapatkan takhta Dinasti Song di Kekaisaran Tiongkok
Lahir dari keluarga kekaisaran Dinasti Song yang makmur, Zhao Ji menjalani kehidupan yang bahagia dan mewah.
Ayah dan kakak laki-lakinya adalah kaisar yang luar biasa. Kekaisaran Tiongkok berkembang pesat selama masa pemerintahan mereka.
Kakak laki-lakinya Zhao Xu (1077—1100), dihormati sebagai Kaisar Zhezong, sangat berbakat dan ambisius. Dia menerapkan reformasi yang sukses yang memperluas wilayah dan mengembangkan Kekaisaran Tiongkok lebih lanjut. Sayangnya, dia meninggal muda tanpa putra sebagai ahli warisnya.
Di saat yang sama, Zhao Ji menarik perhatian ibu suri yang posisinya kuat dan mendapatkan dukungannya. Setelah serangkaian perselisihan soal siapa yang akan menduduki takhta, Zhao Ji diangkat menjadi kaisar di usianya yang ke-18. Ia dihormati sebagai Kaisar Huizong.
Pemerintahan Kaisar Huizong yang sembrono
Setelah naik takhta dan mengambil alih Kekaisaran Tiongkok yang makmur, Kaisar Huizong menerapkan reformasi yang mengembangkan kekaisaran.
Dia adalah seorang politikus berkualitas yang memperoleh kekuasaan dan memerintah kekaisaran dengan baik. Namun ia dengan segera merasa bahwa ia merupakan kaisar yang hebat yang memimpin kekaisaran yang sempurna.
Alih-alih mengembangkan Kekaisaran Tiongkok dan membawa kemakmuran bagi rakyat, Kaisar Huizong menghabiskan waktu untuk seni dan wanita. Alhasil, ia memiliki lebih dari 140 selir kekaisaran dan 80 anak.
Di luar istana, banyak dokumen dan gosip mencatat bahwa dia senang mengunjungi rumah bordil untuk bertemu wanita cantik.
Kecintaannya akan seni membuatnya semakin sembrono. Salah satu contohnya adalah ketika ia mengganti pejabat hebat dengan seorang ahli kaligrafi. Bukannya berhasil, si ahli kaligrafi merangkap politisi itu justru menyebabkan penurunan ekonomi dan beberapa pemberontakan.