Thales of Miletus Dianggap Sebagai Bapak Filsafat Dunia Barat

By Galih Pranata, Sabtu, 1 April 2023 | 12:00 WIB
Penggambaran Thales of Miletus, seorang tokoh filsuf Yunani yang dianggap sebagai (The Collector)

Baca Juga: Marcus Aurelius: Kaisar Romawi Baik Hati yang Juga Seorang Filsuf

Baca Juga: Diogenes dari Yunani Kuno: Tengil hingga Masturbasi di Ruang Publik

Hanya sedikit catatan tentangnya, menimbulkan teka-teki tentang akhir dari hidup sang bijaksana itu. Yang jelas, kematian Thales of Miletus tercatat dalam sejarah terjadi sekitar tahun 550-an SM.

Terdapat dua versi berbeda tentang bagaimana wafatnya Thales of Miletus.

Pertama, menurut Apollodorus—cendekiawan dari Damaskus, sejarawan kuno, dan ahli tata bahasa Yunani—menyebut bahwa dia meninggal karena sengatan panas saat menonton Olimpiade.

Kedua, merasa gagasan itu tidak dapat diterima, Plato mencatat hal yang lebih logis. Ia menyebut bahwa Thales yang sedang serius mempelajari bintang-bintang di langit malam, kemudian ia terjatuh ke dalam sumur yang dalam.

Melalui pandangan filosofis Plato tentang kematian Thales, kisah ini memiliki nilai didaktik bagi orang-orang kuno yang memperingatkan mereka agar tidak terlalu menghabiskan banyak waktu untuk berfilsafat, tanpa memedulikan hal-hal duniawi.

Ilustrasi Thales yang terjatuh ke dalam sumur ketika sedang serius mengamati perbendaharaan bintang-bintang di langit malam. (The Collector)

Namun, cerita Plato dan Apollodorus bisa jadi legenda yang dibuat-buat. Ini tidak biasa di zaman kuno. Terutama jika menyangkut filsuf, politisi, dan tokoh berpengaruh lainnya, orang Yunani suka mengarang cerita kematian palsu yang sesuai dengan kehidupan atau ajarannya.

Terkadang cerita-cerita ini didaktik dan di lain waktu hanya dipergunakan sebagai pandangan bagi orang-orang agar dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung di balik kisah tersebut.

Dalam kasus Thales, itu mungkin merupakan kombinasi dari keduanya. Dalam cerita dengan sumur, Thales meninggal karena kehilangan kontak dengan dunia nyata setelah asyik mengejar ilmu yang lebih tinggi.

"Membuatnya tenggelam di dalam sumur juga merupakan cara menyenangkan untuk menepis teorinya bahwa segala sesuatu terbuat dari air," pungkas Antonis Chaliakopoulos menutup tulisannya.