Masjid al-Aqsa: Simbol Perlawanan Rakyat Palestina Atas Israel

By Galih Pranata, Sabtu, 1 April 2023 | 08:00 WIB
Sebuah litograf abad ke-19 menggambarkan interior Masjid al-Aqsa. Desain mozaik pada gendang kubah, pendentif, dan gapura di depan mihrab berasal dari rekonstruksi Fatimiyah pertengahan abad ke-11. (Bachelier and A. Adam/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Menjadi monumen pusaka bersejarah, masjidil Aqsa atau Masjid Al-Aqsa adalah permata di Kota Tua. Keindahannya bersifat transendental bagi ribuan jemaah yang berkunjung setiap tahunnya.

Meliputi 144.000 meter persegi, kompleks ini mencakup Kubah Batu di atasnya yang berwarna emas—bisa disebut tengara paling terkenal di Yerusalem. Kompleks masjid memiliki beberapa fungsi: rumah ibadah, ruang komunitas, dan pusat budaya dan sejarah.

Akan tetapi, karena serbuan dan pembatasan Israel terhadap jemaah terus meningkat frekuensi dan intensitasnya, banyak warga Palestina khawatir mereka akan segera kehilangan tempat perlindungan mereka.

"Dari sini, rakyat Palestina memandang Masjid ini sebagai simbol perlawanan mereka atas Israel," tulis Aaya Al-Shamahi, Anas Alaa, dan Umar A. Farooq kepada Middle East Eye dalam artikel berjudul "Al-Aqsa: The history of Jerusalem's iconic mosque" terbitan 4 Oktober 2022.

Secara harfiah, al-Aqsa memiliki arti ganda dalam bahasa Arab. Yang pertama adalah "yang terjauh", merujuk pada jaraknya dari Makkah, dan juga "tertinggi", mengacu pada statusnya di kalangan umat Islam.

Lantas masjid ini kemudian dianggap suci bagi ketiga agama Ibrahim, dan salah satu situs tersuci dalam Islam, bersama dengan Ka'bah di Makkah dan masjid Nabi Muhammad di Madinah.

Umat muslim juga percaya bahwa itu adalah situs tempat Nabi Muhammad memimpin sesama nabi dalam doa mengikuti perjalanan malam ajaib dari Makkah ke Yerusalem, yang dikenal sebagai Isra-Mikraj, dan kemudian naik ke surga untuk berdialog dengan Allah SWT.

"Ini adalah maha karya arsitektur Islam tertua di dunia. Struktur awal dibangun pada abad ketujuh M atas perintah Abd al-Malik ibn Marwan, khalifah kelima dari dinasti Ummayad," tambahnya.

Kemudian bangunan suci itu terus mengalami serangkaian renovasi dan perluasan sepanjang sejarah, termasuk oleh Dinasti Ummayad, Abbasiyah, dan kemudian oleh Kekaisaran Ottoman.

Orang Yahudi menyebut situs itu sebagai Temple Mount, tempat dua kuil Yahudi kuno diyakini pernah berdiri. Kuil pertama diyakini dibangun oleh Raja Salomo dan dihancurkan oleh orang Babilonia, sedangkan kuil kedua dihancurkan oleh orang Romawi.

Pada tahun 1948, setelah Israel mendeklarasikan dirinya sebagai negara dan merebut 85 persen Yerusalem, bagian timur, termasuk Kota Tua, jatuh di bawah perwalian Kerajaan Hashemite Yordania.

Baca Juga: Istana Hisham: Simbolisme Kuatnya Hegemoni Kekhalifahan Umayyah

Baca Juga: Naskah Yahudi Kuno Pecahkan Teka-teki Fungsi Situs Qumran di Palestina

Baca Juga: Gerakan Partai Komunis Palestina, Perlawanan Zionis dan Lika-Likunya

Kemudian, setelah perang Timur Tengah tahun 1967, yang disebut oleh rakyat Palestina sebagai Naksa, atau "kemunduran", Israel menganeksasi Yerusalem Timur dan daerah sekitar masjid al-Aqsa.

Yordania dan Israel mencapai kesepakatan bahwa Amman akan terus mempertahankan bagian dalam situs tersebut, sementara Israel akan mengontrol bagian luarnya. Sejak itu, pemukim Israel terus berkembang dalam serangan mereka ke masjid, sering kali diapit oleh pasukan Israel yang bersenjata lengkap.

Setelah pendudukan tahun 1967, Israel memperketat kendalinya atas penduduk Palestina, dengan al-Aqsa muncul sebagai simbol perlawanan rakyat Palestina atas Israel.

Masjid al-Aqsa merupakan tempat suci ketiga bagi umat Islam dan simbol perlawanan rakyat Palestina atas Israel. (Andrew Shiva/Wikimedia Commons)

Masjid memainkan peran sentral dalam Intifadah Palestina pertama, pada tahun 1988, ketika pasukan Israel menyerang jemaah Muslim yang berada di halaman luar Dome of the Rock, menggunakan gas air mata dan peluru baja berlapis karet, menyebabkan banyak luka.

Kemudian pada bulan September 2000, pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon mengunjungi al-Aqsa, dikelilingi oleh ratusan pasukan Israel bersenjata lengkap. Kunjungannya memicu ketegangan dan secara luas dilihat sebagai salah satu faktor kunci yang memicu Intifadah Kedua.

Intifadah Kedua berlangsung selama lima tahun dan menewaskan sekitar 3.000 orang Palestina dan 1.000 orang Israel. 

Setelahnya, suasana sering menjadi sangat tegang selama bulan suci Ramadan ketika otoritas Israel terkadang melarang jemaah Palestina yang ingin beribadah di tempat tersebut, atau ketika anggota Knesset Israel melakukan tur ke daerah tersebut.

Sampai pada Mei 2021, selama Ramadan, pasukan keamanan Israel menggerebek masjid dan menyerang jemaah. Serangan ini menyebabkan ratusan orang terluka dan memicu perang antara Israel dan Palestina di Gaza.

Sampai hari ini, melindungi Masjid al-Aqsa dipandang oleh warga Palestina sebagai tugas nasional, sementara kehadiran Israel yang meningkat di sana dipandang sebagai ancaman bagi mereka.