Menapaki Jembatan Akar Hidup di Meghalaya, Warisan Leluhur nan Memukau

By Sysilia Tanhati, Kamis, 6 April 2023 | 12:00 WIB
Jembatan akar hidup di Meghalaya India adalah warisan leluhur yang diciptakan oleh kombinasi alam dan kreativitas manusia. ( Utkarsh B/Unsplash)

Nationalgeographic.co.id—Terletak di tempat yang terpencil, Meghalaya memiliki satu keunikan yang memikat wisatawan untuk berkunjung. Itu adalah jembatan akar hidup yang terkenal.

Akar pohon direntangkan dan dijalin sedemikian rupa sehingga membentuk jembatan gantung.  Sebutannya, Jingkieng Jri. Warisan para leluhur ini diciptakan oleh kombinasi alam dan kreativitas manusia.

Meghalaya di India memiliki lebih dari 100 jembatan akar hidup yang tersebar di 70 desa. “Struktur hidup ini merupakan kombinasi kerja sama antara alam dan manusia,” tulis Amrit Dhillon di laman Guardian.

Ini adalah jenis jembatan gantung sederhana yang dibentuk dengan metode pembentukan pohon untuk membentuk akar tanaman hidup melintasi aliran atau sungai.

Setelah struktur bambu dibentangkan menyeberangi sungai, akar pohon dimanipulasi agar terjalin dengan bambu hingga menjadi jalinan yang kuat. Akar pohon karet (Ficus elastica) paling banyak digunakan untuk tujuan ini.

Akar dibiarkan tumbuh secara bertahap dan menguat seiring waktu. Pada tahap awal, hanya sekitar 15-20 orang yang bisa melintasi jembatan tersebut dalam sehari.

Seiring dengan berjalannya waktu, sekitar 50 orang atau lebih boleh menggunakannya. Konon, dibutuhkan waktu hingga 2 dekade untuk menyelesaikan jembatan akar hidup yang menakjubkan itu.

Di daerah terpencil seperti Meghalaya, yang dikenal sebagai “Kediaman Awan” dan rumah bagi “tempat terbasah di bumi” di Cherrapunji, pembangunan jalan tidak bisa dilakukan. Topografinya adalah hutan lebat yang memiliki air terjun, lereng curam, danau, dan sungai.

Jembatan akar hidup adalah satu-satunya cara orang di desa dapat menyeberangi sungai untuk mencapai sisi lain. Jembatan itu membantu penduduk agar bisa bertani, menjual hasil bumi, menjangkau dokter atau menyekolahkan anak.

Selama pemilihan umum, petugas yang menunggang kuda membawa kotak suara ke desa-desa terpencil. “Tidak memiliki cara lain untuk menjangkau pemilih selain jembatan alami ini,” tambah Dhillon.

Proses pembuatan jembatan akar hidup. (Public Domain)

Dikenal secara lokal sebagai Jingkieng Jri, beberapa jembatan bahkan bertingkat dua. Beberapa jembatan menjulang tinggi di atas lembah, sementara yang lain hanya beberapa meter di atas permukaan sungai.

Kapan tradisi menciptakan jembatan akar yang hidup dimulai ini tidak diketahui. Namun, catatan tertulis paling awal dari jembatan akar hidup di Cherrapunji dapat ditemukan di Journal of the Asiatic Society of Bengal tahun 1844.

Unesco mendeskripsikan jembatan unik ini sebagai berikut, “Ditumbuhkan oleh komunitas suku asli Khasi, ekosistem struktural ini telah bekerja dalam kondisi iklim ekstrim selama berabad-abad. Jembatan ini merangkum keharmonisan yang mendalam antara manusia dan alam. Juga memvalidasi ketahanan budaya kuno, di mana kerja sama kolektif dan timbal balik merupakan landasan dasar kehidupan.”

Setiap struktur akar kehidupan mengungkapkan perjalanan etno-botani yang berakar pada timbal balik dan sintesis budaya-alam yang mendalam.

Upaya memelihara pohon muda menjadi struktur penahan beban yang kuat mengungkapkan usaha dan keterampilan luar biasa. Ini menunjukkan mahakarya jenius manusia.

Jembatan akar belum diberikan status warisan dunia. Namun, dengan menempatkannya di "daftar sementara" Unesco, pemerintah India membuat langkah penting yang diperlukan.

Morningstar Khongthaw, 23 tahun, adalah pendiri Living Bridges Foundation. Yayasan tersebut membangun jembatan baru dan membantu melestarikan jembatan lama. Desanya, Rangthylling, memiliki 20 jembatan akar hidup.

“Saya sangat senang bahwa pengetahuan para tetua kami telah diakui oleh Unesco. Kami ingin melipatgandakan ilmu ini agar generasi mendatang juga merasakan manfaatnya,” kata Khongthaw.

Jembatan akar hidup yang unik ini juga menarik wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Meski terletak di tempat terpencil, turis rela bersusah payah untuk menjangkau lokasi.

Pemerintah negara bagian telah mendorong “label” Unesco selama bertahun-tahun. Pasalnya, dengan bantuan Unesco, pemerintah bisa lebih mudah untuk melestarikan jembatan sekaligus meningkatkan pariwisata.

Bagaimana cara mengakses jembatan akar hidup di Meghalaya, India?

Salah satu jembatan akar hidup terpanjang di negara bagian ini — panjangnya lebih dari 50 meter — adalah jembatan Rangthylliang. Jembatan ini dapat dicapai dari desa Mawkyrnot atau Rangthylliang. Anda dapat melakukan perjalanan yang dimulai di Desa Rangthylliang dan berakhir di Desa Mawkyrnot. Di sana, pengunjung bisa menyaksikan tujuh jembatan tersebut dan mempelajari sejarah lokalnya.

Ada juga beberapa jembatan akar hidup ganda atau bertingkat dua. Yang paling terkenal adalah jembatan akar dua tingkat Nongriat. Terletak di Perbukitan Khasi Timur, ini unik karena formasinya yang bertingkat.

Baca Juga: Merekonstruksi Jembatan Tanah Bering, Pemisah Rusia dan Amerika

Baca Juga: Selidik Desain Jembatan Radikal Da Vinci Untuk Kesultanan Utsmaniyah

Baca Juga: Q'eswachaka: Jembatan Tali Inca yang Menghubungkan Tebing-Tebing Curam

Baca Juga: Pembangunan Jembatan Mengancam Populasi Lumba-Lumba Merah Muda

“Berjalan di atas jembatan akar dua tingkat Nongriat adalah sesuatu yang unik. Anda mulai di ujung lembah dekat desa Tyrna dan menuruni sekitar 3.000 anak tangga. Di tengah jalan, ada banyak pemandangan menakjubkan dan pemandangan alam untuk dinikmati,” melansir dari meghalayatourism.in.

Setelah bertahan dari bencana terkait curah hujan ekstrim selama berabad-abad, jembatan ini juga berkontribusi terhadap ekologi melalui restorasi hutan dan tepi sungai. Menurut UNESCO, masyarakat adat, termasuk para petani dan pemburu, terus menggunakan dan merawat struktur ini.

Warisan leluhur yang tidak ternilai, jembatan ini juga melambangkan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam.