Konspirasi yang Menewaskan Yu Qian, Pejabat Setia Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Jumat, 14 April 2023 | 10:00 WIB
Yu Qian berhasil menyelamatkan Dinasti Ming dan Kekaisaran Tiongkok dari musuh. Namun akhirnya, ia dihukum mati karena konspirasi politik. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Kekaisaran Tiongkok memiliki sederet pahlawan yang luar biasa. Salah satu yang paling luar biasa adalah Yu Qian. Ia berhasil membawa Dinasti Ming keluar dari krisis dan kejatuhan. Yu Qian memimpin tentara demi mempertahankan ibu kota Beijing dan mengalahkan musuh. Sayangnya ia dieksekusi di kota yang mati-matian dilindunginya karena konspirasi politik.

Pejabat Dinasti Ming yang cemerlang

Berhasil lulus dengan nilai baik di ujian kekaisaran, Yu Qian melakukan pekerjaannya di kekaisaran dengan baik.

Kejujuran, bakat dan kesopanannya membuatnya dihormati oleh warga sipil dan pejabat yang tak terhitung banyaknya.

Bertahun-tahun kemudian, Kaisar Zhengtong naik takhta dan kasim kesayangannya pun mendapatkan lebih banyak otoritas.

Mendapatkan kepercayaan dari kaisar, Kasim Wang Zhen yang kejam namun kuat ini memenjarakan Yu Qian. Ia menjatuhkan hukuman mati dengan tuduhan palsu dan tidak masuk akal. Padahal, alasan sebenarnya adalah bahwa Yu Qian tidak pernah mencoba menyuap kelompok kasimnya dan selalu menunjukkan penghinaan kepada mereka.

Banyak warga sipil dan pejabat, termasuk beberapa perdana menteri dan pangeran yang perkasa, sangat marah. Mereka menyerahkan surat yang menunjukkan bahwa Yu Qian tidak bersalah. Oleh karena itu, Yu Qian dibebaskan dan bahkan dipromosikan beberapa bulan kemudian.

Krisis Benteng Tumu, hidup dan mati Dinasti Ming dan Kekaisaran Tiongkok

Pada tahun 1449, Esen Taiji, penguasa Oriats Mongol, memimpin pasukannya dan menyerbu perbatasan Ming.

Kaisar Zhentong secara pribadi memimpin 250.000 tentara Ming dan berbaris ke utara. Itu dilakukannya atas saran kasim Wang Zhen. Di saat yang sama, semua pejabat dan jenderal lainnya sangat menentang ide berisiko ini.

Memiliki banyak jenderal yang cerdas di ketentaraan, bagaimanapun, sang kaisar hanya mendengarkan kasimnya. Padahal kasim kejam itu tidak tahu apa-apa tentang militer dan hanya memerintahkan tentara Ming untuk terus berbaris seperti parade.

Pada akhirnya, pasukan Ming menghadapi penyergapan di Benteng Tumu karena perintah yang bodoh dan tidak masuk akal.

Puluhan ribu prajurit kelas satu dibantai tanpa pertarungan yang layak, sejumlah besar pejabat brilian dan jenderal luar biasa dikorbankan. Akhirnya, Esen Taiji sendiri yang berhasil menangkap Kaisar Zhentong.

Dengan kaisar sebagai sandera, tentara nomaden terus menang dan berbaris menuju ibu kota Ming, Beijing.

Di Beijing, Dinasti Ming memiliki sangat sedikit tentara, rakyat yang ketakutan dan kaisar yang jadi sandera musuh. Semua orang di Dinasti Ming terkejut, sedih, marah, malu, dan tak berdaya.

Yu Qian menyelamatkan Kekaisaran Tiongkok dan Dinasti Ming

Dalam keadaan itu, banyak pejabat menyarankan agar Dinasti Ming memindahkan ibu kotanya ke Tiongkok Selatan. Tujuannya untuk menghemat sumber daya dan kemudian mencoba melawan.

Mereka takut jika mereka kehilangan kota Beijing, seluruh keluarga kerajaan dan pemerintah akan binasa, begitu pula Dinasti Ming. Pasalnya, saat itu ibu kota hanya memiliki pasukan tua yang lemah. Sedangkan pasukan mudanya tidak memiliki pengalaman. Dengan kondisi itu, rasanya mustahil mereka bisa melindungi ibu kota yang besar dari pasukan nomaden yang kuat.

Tapi Yu Qian bersikeras untuk tetap tinggal di Beijing dan melawan.

Dia bersikeras bahwa Dinasti Ming tidak dapat mengikuti jalan Dinasti Song dan kehilangan separuh wilayah mereka. Menurutnya, siapa pun yang ingin melarikan diri ke selatan harus dihukum mati.

Lebih banyak pejabat mendukung Yu Qian dan mencalonkannya sebagai panglima tentara Beijing. Mereka tidak ingin kehilangan setengah dari wilayah dan martabat mereka seperti yang dilakukan Dinasti Song sebelumnya.

Oleh karena itu, Dinasti Ming menolak membayar lebih banyak uang tebusan atau bernegosiasi dengan musuh nomaden. Sebaliknya, mereka segera mulai mempersiapkan perang yang akan datang.

"Yang terpenting, mereka mendukung adik laki-laki Zhentong, Zhu Qiyu, untuk menjadi kaisar baru," tulis Amy Tikkanen di laman Britannica. Dengan melakukan itu, rezim nomaden tidak bisa mendapatkan keuntungan lagi dari menyandera mantan kaisar.

Pejabat sipil yang menjadi panglima besar

Sebagai pejabat sipil tanpa pengalaman militer, Yu Qian menjadi komandan utama untuk melindungi ibu kota Dinasti Ming.

Dia mengatur kembali prajurit yang tersisa dari bekas perang yang kalah di Benteng Tumu. Selain itu, Yu Qian juga memanggil pasukan cadangan dari kota terdekat lainnya dan mulai melatih mereka.

Dia memilih jenderal yang berkualifikasi dan pemberani untuk membantunya. Sang panglima menyediakan makanan yang cukup dan menyemangati warga sipil di dalam ibu kota.

Sementara itu, dia mendukung Kaisar Jingtai untuk melenyapkan kekuatan jahat Kasim Wang Zhen dan menstabilkan pemerintahan baru.

Yu Qian berhasil memberikan keyakinan, harapan, dan keberanian yang cukup kepada semua orang di kota. Ini membuat pasukan memiliki keinginan yang kuat untuk membalas dendam atas tentara dan martabat yang hilang.

Perang epik melindungi Beijing

EsenTaiji, yang telah mengalahkan lebih dari 250.000 tentara Ming, tiba di luar Beijing. Ia bermimpi menduduki kota dan memulihkan bekas Dinasti Yuan di sini.

Komandan Yu Qian tidak tinggal di dalam tembok kota untuk mempertahankan kota selama mungkin. Yu Qian sadar bahwa dinasti akan jatuh bila mereka kalah dalam perang itu.

Yu Qian, untuk pertama kalinya, mengenakan baju besi dan mengambil pedang. Dengan berani, ia memimpin semua tentaranya, keluar dari tembok kota Beijing, dan menutup kesembilan gerbang di belakang mereka.

Perintah terakhirnya adalah tidak seorang pun akan kembali ke kota kecuali mereka menang. Siapa pun yang takut atau ingin mundur akan segera dieksekusi. Setiap orang harus bertarung dengan gagah berani karena ini adalah hidup dan mati, pertempuran terakhir yang menentukan.

Dari menteri sipil tanpa pengalaman militer hingga marsekal yang tegas, Yu Qian mengalahkan Esen Taiji dalam waktu 1 bulan.

Setelah serangkaian pertempuran yang epik, heroik, dan intens, ibu kota Beijing akhirnya berhasil dipertahankan.

Melihat kegagalan yang begitu besar, Esen Taiji memimpin pasukannya dan meninggalkan kota Beijing dengan cepat. Ia berencana untuk menduduki situs militer penting lainnya di dekatnya.

Namun ia gagal dan kemudian memimpin pasukannya untuk melarikan diri ke utara menuju wilayahnya.

Yu Qian memimpin orang-orang Ming dan mencapai kesuksesan total. Mereka melindungi Kekaisaran Tiongkok dan rakyatnya, mendapatkan kembali martabatnya, serta membalas dendam para prajurit yang tewas.

Setahun kemudian, rezim nomaden ingin mengirim kembali Kaisar Zhentong yang mereka tangkap. Tetapi Kaisar Jingtai yang baru tidak ingin mengembalikan takhta, jadi dia mencoba untuk menolak.

Baca Juga: Wu Ding, Raja yang Bawa Kemakmuran bagi Dinasti Shang Tiongkok

Baca Juga: Petaka yang Mengakhiri Kekuasaan Dinasti Song di Kekaisaran Tiongkok

Baca Juga: Kaisar Tiongkok Renzong, Bawa Kemakmuran Meski Reformasi Dinasti Gagal

Baca Juga: Apakah Selir Kaisar Tiongkok Cixi Merupakan Pelopor Gerakan Feminisme? 

Kemudian, Yu Qian meyakinkannya bahwa Zhentong dapat dihormati sebagai maharaja, yang tidak akan menjadi ancaman bagi takhta. Selain itu, secara moral, kaisar tidak boleh mengabaikan kakaknya. Zhentong pun kembali tetapi dipenjarakan oleh Kaisar Jingtai.

Sejak saat itu, dengan bantuan Yu Qian, Dinasti Ming berangsur-angsur mendapatkan kembali kemakmurannya.

Hukuman bagi penyelamat dinasti

"7 tahun kemudian, Zhentong mendapatkan takhtanya kembali melalui kudeta ketika Kaisar Jingtai sedang sakit," ujar Tikkanen.

Segera, Yu Qian dijebak oleh musuh politiknya. Ia dijatuhi hukuman mati di kota yang dia perjuangkan dengan gagah berani.

Mengapa Yu Qian yang telah menyelamatkan dinasti dan kekaisaran dihukum mati? Bagi Zhentong, ia adalah pendukung terpenting dan menteri paling tepercaya dari Kaisar Jingtai.

Setelah namanya dipulihkan, Yu Qian dikenang sebagai pahlawan yang berjasa melindungi Kekaisaran Tiongkok dari rezim nomaden. Kuil-kuil dibangun untuk menghormatinya. (Public Domain)

Sementara itu, reputasi dan kekuatan Yu Qian memungkinkannya untuk mendukung pangeran lain sebagai kaisar baru. Oleh karena itu, Yu Qian dieksekusi karena hal-hal yang dia lakukan untuk menyelamatkan Dinasti Ming dan reputasi luar biasa.

Sementara itu, banyak pejabat tinggi yang mendukung Kaisar Jingtai juga dieksekusi atau disingkirkan.

Ironisnya, Kaisar Zhu Qizhen tidak mengakui siapa yang menyebabkan tragedi tersebut sebelum dia memerintahkan eksekusi pahlawan besar Yu Qian. Padahal, Krisis Benteng Tumu dan kematian ribuan tentara disebabkan oleh kebodohan Zhentong.

Setelah kaisar baru naik takhta, nama Yu Qian dipulihkan. Beberapa kuil peringatan Yu Qian yang kecil namun indah dibangun saat namanya direhabilitasi. Kuil terbesar ada di kampung halamannya, Hangzhou, di sebelah Danau Barat yang indah.

Setelah namanya dipulihkan, Yu Qian dikenang sebagai pahlawan yang berjasa melindungi Kekaisaran Tiongkok dari rezim nomaden.