"Mereka tinggal di tempat yang pada dasarnya adalah bangunan apartemen yang terbuat dari karang mati, dan jumlahnya sangat banyak sehingga setiap kali Anda mengambil sepotong puing karang, mereka akan tumpah."
Baca Juga: Balas Dendam Memakan Kepiting Hidup yang Berujung Malapetaka
Baca Juga: Selidik Cangkang Kepiting di Gua Neanderthal Berusia 90.000 Tahun
Baca Juga: Bagaimana Ilmuwan Tahu Gurita, Kepiting, Lobster Bisa Merasakan Sakit?
Sebelum Lasley dapat menentukan mengapa kepiting-kepiting kecil itu memiliki gonopoda yang sangat berbeda, dia pertama-tama harus mencari tahu bagaimana spesies chlorodielline terkait satu sama lain. Hal ini bisa dia capai melalui analisis DNA yang diekstrak dari spesimen museum.
Para peneliti kemudian menambahkan informasi mengenai rentang masing-masing spesies dan bentuk gonopoda mereka.
Apa yang mereka temukan membawa mereka ke salah satu misteri biologi kelautan yang paling membingungkan. Ada beberapa unsur utama yang diperlukan seleksi alam untuk membuat spesies baru, tetapi dua hal yang paling penting adalah variasi genetik dan isolasi.
Banyak invertebrata laut—termasuk kepiting—memiliki tahap larva, periode ketika individu itu melayang melintasi lautan dunia dalam bentuk plankton mikroskopis. Dengan kapasitasnya yang kuat untuk penyebaran jarak jauh, bagaimana mereka tetap terisolasi cukup lama untuk evolusi guna menghasilkan keragaman?
Naturalis seperti Darwin melihat Indo-Pasifik Barat sebagai satu kumpulan air yang sangat luas. Wilayah ini tidak terganggu oleh penghalang geografis, seperti celah samudra atau zona mati yang tidak produktif, yang sebaliknya akan bertindak sebagai katalisator dalam proses spesiasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jarak dan waktu juga dapat menjadi penghalang. Banyak kepiting chlorodielline memiliki wilayah jelajah yang membentang di seluruh Indo-Pasifik Barat. Analisis genetik mengungkapkan spesies samar ini perlahan-lahan mengakumulasi perbedaan dalam DNA mereka selama jutaan tahun.
Namun baru setelah kerabat dekat mereka dipersatukan kembali setelah lama berpisah, perbedaan genetik itu tampak terwujud dalam satu cara yang aneh. Dalam hampir setiap kasus, kerabat dekat dengan wilayah jelajah yang tumpang tindih memiliki gonopoda berbentuk unik, tetapi sebaliknya terlihat persis sama.
"Apa yang bisa kita katakan adalah kepiting ini mulai menyimpang secara genetik di wilayah geografis yang berbeda, dan kemudian perbedaan gonopoda adalah bagian penting dari proses spesiasi yang terjadi di ujung ekor," ujar Lasley.
Lasley tidak yakin mengapa gonopoda ini hanya mulai berubah ketika dua spesies berada dalam jarak dekat. Namun, dia menduga itu adalah sesuatu yang melekat dalam cara kepiting ini bereproduksi, yang ingin dia uji dalam penelitian selanjutnya.
Untuk saat ini, hasil studi menunjukkan bahwa jauh lebih banyak variasi yang ada di jantung ekosistem laut yang paling kaya spesies di Bumi daripada yang diduga sebelumnya. Sementara itu, mesin yang menggerakkan keanekaragamannya belum sepenuhnya ditemukan.
Makalah studi ini telah terbit di jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution.