Menurut Pendiri sekaligus Instruktur Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC), Jusri Pulubuhu, tingginya kecelakan lalu lintas selama bulan puasa terjadi karena adanya perubahan pola istirahat dari pengendara.
“Berbicara pada aspek pola istirahat, ada beberapa orang yang malah punya jadi siklus istirahat-makan yang kurang dan tak teratur, membuat tingkat kebugaran turun. Bila begitu maka kemampuan persepsi dan motorik lemah. Dampaknya orang akan sering melakukan hal-hal yang salah,” ucap Jusri seperti diberitakan kumparan.
Karena stamina dan kebugaran turun, pengemudi kendaraan juga bisa rentan terbawa emosi, dan tak sabar ketika di jalan.
“Kemudian karena emosi itu, menimbulkan pelanggaran lalu lintas, dan korelasinya dari situ adalah kecelakaan yang terjadi,” kata Jusri.
“Karena itu, pengemudi kendaraan yang menjalankan ibadah puasa, harus bisa menyikapi dengan bijak. Termasuk jangan terburu-buru ketika pulang, dan jangan kekurangan stamina saat berangkat pagi.”
Jusri merekomendasikan, agar di pagi hari kondisi tubuh tetap prima, sahurlah mendekati imsak. Setelah salat subuh, lakukan power nap atau tidur singkat sekitar 30 menit bila sempat, baru kemudian lakukan perjalanan.
Lalu ketika pulang, sebaiknya jangan terlalu terburu-buru di jalan. Kalau bisa cari rute baru buat menghindari kemacetan. Jangan lupakan juga untuk menyiapkan bekal buka puasa di jalan, sehingga secara psikologis kita tak dituntut untuk terburu-buru sampai.